Google Bakal Pisah Tombol Atur Volume Panggilan dan Notifikasi di Android

Google dilaporkan akan memisahkan tombol pengaturan volume untuk panggilan masuk dan notifikasi yang ada di perangkat Android.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 30 Apr 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi Android, Robot Android
Ilustrasi Android, Robot Android. Kredit: Google

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna perangkat Android pasti sudah paham dengan tampilan pengaturan volume untuk notifikasi dan panggilan masuk. Hingga sekarang, pengaturan volume untuk dua fungsi tersebut masih menjadi satu.

Namun dari laporan terbaru yang dikutip dari 9to5Google, Minggu (30/4/2023), Google dilaporkan akan memisahkan toogle volume tersebut. Dengan kata lain, pengaturan volume untuk notifikasi dan panggian masuk akan berbeda.

Informasi ini pertama kali diketahui dari temuan ADB Command pada Android 13 QPR2 Beta 1 di Desember 2022. Diketahui, ADB Command itu berfungsi untuk memisahkan volume panggilan masuk dan volume notifikasi.

Kendati demikian, perubahan itu belum diterapkan hingga saat ini. Karenanya, belum dapat dipastikan kapan Google akan merilis perubahan tersebut di perangkat Android.

Namun, ada sejumlah prediksi yang menyebut perubahan tersebut kemungkinan akan dihadirkan bersama dengan Android 14. Sebab, Google akan mengumumkan Android versi terbaru itu pada Juni 2023.

Meski perubahan yang ditawarkan tidak terlalu besar, fungsi ini sebenarnya dapat membantu memudahkan pengguna perangkat Android mengatur volume di perangkat. Sebagai contoh, pengguna masih bisa mendengarkan suara notifikasi masuk, tapi menonaktifkan panggilan masuk, serta begitu pula sebaliknya.

60 Aplikasi Android Terinfeksi Goldoson, Ini Tanda Smartphone Kamu Disusupi Malware

Android malware
Android malware (ist.)

Di sisi lain, perusahaan keamanan McAfee mendapati ada sekitar 60 aplikasi Android di Google Play Store yang disusupi malware berbahaya.

Malware baru di Android yang berbahaya ini bernama Goldoson. Adapun malware Goldoson memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dari aplikasi lain yang terpasang di perangkat, perangkat yang terhubung dengan WiFi dan Bluetooth, hingga lokasi GPS pengguna.

Selain mencuri data pengguna, aplikasi yang terinfeksi malware Goldoson juga melakukan penipuan iklan (ad fraud) yang memaksa pengguna mengklik iklan berjalan di background tanpa izin.

Lantas, apa itu malware dan mengapa ia berbahaya? Mengutip laman FTC, Rabu (19/4/2023), malware sendiri merupakan salah satu ancaman terbesar bagi keamanan komputer, tablet, smartphone, dan perangkat lainnya.

Malware meliputi virus, spyware atau software mata-mata, ransomware, dan software lain yang tak diinginkan, yang diam-diam terpasang di perangkat pengguna.

Ketika perangkat disusupi malware, penjahat siber bisa menggunakannya untuk mencuri informasi sensitif atau mengirimkan iklan yang tak diinginkan, meminta pembayaran, dan bikin smartphone jadi tidak aman.

Tidak ada informasi yang pasti yang bisa diketahui pengguna saat smartphone mereka terinfeksi malware. Namun, pemilik smartphone dapat melihat perilaku atau hal tidak biasa di smartphone, tablet, atau komputer mereka.

 

Tanda Smartphone Android Terinfeksi Malware

Dirancang Bebas, Google Akui Android Tidak Aman
Head of Android Google Sundar Pichai mengatakan jika ia berada di bisnis menciptakan malware, ia kemungkinan akan menargetkan Android juga.

Jika hal-hal di bawah ini terjadi di smartphone kamu, bisa jadi perangkat kamu terinfeksi malware atau virus. Tanda smartphone disusupi malware:

  • Tiba-tiba smartphone jadi lambat, error, atau layar menampilkan pesan error berulang.
  • Smartphone atau perangkat tidak bisa dimatikan atau restart.
  • Smartphone tidak mengizinkan pengguna menghapus software atau aplikasi tertentu.
  • Smartphone menampilkan banyak iklan pop-up, iklan yang tidak pantas, atau iklan yang mengganggu halaman atau konten.
  • Menampilkan iklan di tempat yang biasanya tidak dilihat pengguna, misalnya di situs web pemerintah.
  • Smartphone menampilkan toolbar atau ikon baru yang tidak terduga di browser atau desktop mereka.
  • Smartphone menggunakan browser default baru atau menampilkan tab atau situs web baru, padahal tidak dibuka pengguna.
  • Homepage internet di komputer pengguna terus berubah-ubah sendiri.
  • Perangkat mengirimkan email yang tidak ditulis si pengguna.
  • Perangkat kehabisan baterai lebih cepat dari yang seharusnya, padahal tidak memakainya untuk berbagai kebutuhan.

Google Hapus 36 Aplikasi Berbahaya yang Terinfeksi Malware di Play Store

Android malware
(foto: phonearena.com)

Sebelumnya, Google menghapus 36 aplikasi Android berbahaya dari Google Play Store yang berpotensi melakukan hal-hal jahat tanpa persetujuan pengguna. McAfee menemukan berbagai aplikasi yang kebanyakan populer di Korea Selatan ini terjangkit oleh suatu pustaka adware bernama Goldoson.

Mengutip informasi dari Gizmochina, Rabu (19/4/2023), perangkat lunak tersebut mampu mengumpulkan informasi dari ponsel pengguna, seperti daftar aplikasi yang terinstal, perangkat Wi-Fi dan Bluetooth, dan lokasi GPS. Selain itu, mereka juga dapat melakukan penipuan iklan dengan mengakses iklan di latar belakang tanpa sepengetahuan pengguna.

McAfee berhasil mendeteksi lebih dari 60 aplikasi yang memiliki pustaka berbahaya ini dengan total jumlah unduhan mencapai 100 juta kali di Google Play Store. Menyusul penemuan ini, Google menghapus 36 di antaranya, sementara aplikasi lain tengah diperbarui oleh pihak pengembang. 

Insiden ini pun menjadi pengingat bagi pengguna dan pengembang untuk selalu waspada dalam mencegah masuknya aplikasi jahat ke pasar. Karenanya, pengguna disarankan untuk memeriksa nama pengembang, jumlah unduhan, bagian komentar, bagian pratinjau aplikasi, dan aplikasi lain yang sudah dibuat oleh developer tersebut.

Penting pula untuk memperbarui ponsel dengan tambahan keamanan terbaru dan menggunakan perangkat lunak anti-malware. Pengguna pun diminta untuk memperhatikan aplikasi yang terinstal di ponsel dan segera menghapusnya jika mengidentifikasi hal-hal yang mencurigakan.

Sementara itu, pihak pengembang perlu mengikuti praktik terbaik untuk memperkuat keamanan aplikasi, seperti menggunakan pengkodean, memindai kerentanan aplikasi, dan menguji aplikasi secara menyeluruh sebelum dirilis. Hal ini cukup krusial untuk mencegah terjadinya peretasan oleh aktor jahat yang akan merugikan pengguna.

(Dam/Isk)

Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel
Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya