Unity Umumkan Skema Tarif Game Engine Baru Usai Diprotes Developer

Unity mengumumkan skema tarif baru untuk penggunaan game engine mereka, setelah beberapa waktu lalu aturan barunya memicu protes dari para developer game.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Okt 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi game engine Unity (Unity)
Ilustrasi game engine Unity (Unity)

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan penyedia game engine, Unity, akhirnya mengumumkan skema tarif baru buat para developer game, usai beberapa waktu lalu membuat memicu protes dari mereka.

Awal pekan ini, Unity mengumumkan bahwa pengguna paket berlangganan Unity Personal, tidak akan dikenakan biaya baru.

Selain itu, perusahaan juga meningkatkan batas pendapatan pada game yang dibuat dengan paket berlangganan Personal menjadi USD 200.000, di mana sebelumnya adalah USD 100.000.

Mengutip blog resminya, Minggu (1/10/2023), perusahaan juga menghapus persyaratan yang meminta game memakai layar pembuka bertuliskan "Made with Unity."

Game apa pun yang dibuat dengan Unity Engine dan menghasilkan kurang dari USD 1 juta (sekitar Rp 15,5 juta) dalam 12 bulan, juga tidak akan dikenakan biaya.

Lebih lanjut, bagi developer game yang memakai Unity Pro dan Unity Enterprise, perusahaan juga melakukan perubahan.

Sebelumnya, skema tarif mereka akan diberlakukan untuk semua gim yang mencapai batas unduhan dan pendapatan tertentu. Ini berlaku untuk permainan yang sedang dikembangkan dan telah dirilis.

Namun terbaru, Unity mengatakan biaya tersebut hanya akan diterapkan pada game yang dibuat dengan Unity Engine versi terbaru, yang diperkirakan akan rilis sekitar tahun 2024.

"Kebijakan Biaya Runtime hanya akan berlaku mulai pengiriman Unity versi LTS berikutnya pada tahun 2024 dan seterusnya," kata Marc Whitten, presiden Unity Create dalam surat pengumumannya.

"Game Anda yang saat ini dikirimkan dan proyek yang sedang Anda kerjakan tidak akan disertakan — kecuali Anda memilih untuk memutakhirkannya ke versi baru Unity ini," imbuhnya.

Whitten menjelaskan, untuk game yang terkena biaya runtime, perusahaan bakal memberikan pilihan bagi hasil 2,5 persen, atau nilai dihitung berdasarkan orang baru yang terlibat di gim setiap bulannya.

"Kedua angka ini dilaporkan sendiri berdasarkan data yang Anda miliki. Anda akan selalu ditagih dengan jumlah yang lebih rendah," kata Whitten tentang biaya Unity Engine ini.

Unity Minta Maaf Usai Bikin Developer Marah

Unity sebelumnya menyampaikan permintaan maaf usai sempat bikin developer game protes beberapa waktu lalu, gara-gara kebijakan biaya baru mereka.

 

Seperti diketahui sebelumnya, Unity pekan lalu mengumumkan aturan biaya baru untuk game-game yang menggunakan Unity Engine mereka.

Unity mengumumkan pada 1 Januari 2024, mereka akan menerapkan skema pay-per-download, yang akan membebankan biaya tetap kepada pengembang, setiap kali gim yang menggunakan software Unity diinstal.

"Kami memperkenalkan Unity Runtime Fee yang didasarkan pada setiap kali game yang memenuhi syarat diunduh oleh pengguna akhir," kata perusahaan dalam blog-nya.

Menurut perusahaan, hal itu dilakukan karena setiap kali sebuah game diunduh, maka Unity Runtime juga dipasang.

"Kami juga percaya biaya awal berbasis instalasi memungkinkan pembuat konten untuk mempertahankan keuntungan finansial yang berkelanjutan dari keterlibatan pemain, tidak seperti bagi hasil," kata penyedia game engine itu.

Prosesnya, sebelum gim dikenakan pembayaran baru, mereka harus memenuhi ambang batas pendapatan dan unduhan tertentu, berdasarkan paket langganan Unity mana yang dibayar pembuat.

 

Aturan Unity Picu Protes

Ilustrasi logo Unity
Ilustrasi logo Unity

Mengutip dari The Verge, Minggu (17/9/2023), biaya tersebut masih dibagi lagi tergantung di mana game ini dibeli.

Jadi, gim yang dibeli di Amerika Serikat, Inggris, atau pasar "standar" lain, akan memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan pasar "berkembang" seperti India atau China.

Berita ini mendapatkan protes dari komunitas developer game. Keluhan utamanya adalah kebijakan ini bakal sangat merugikan para pengembang solo, indie, mobile, dan yang kurang disorot.

Kekhawatiran lainnya adalah Unity menilai biaya ini didasari jumlah instalasi sebuah game, tanpa mempertimbangkan alasan lain, legal atau ilegal, atau tanpa adanya banyak pembelian.

Game bajakan, demo, game yang diunduh di beberapa perangkat, dan game yang ditawarkan pada layanan berlangganan seperti Game Pass juga ditakutkan berpotensi terkena dampak biaya baru ini.

 

Klarifikasi Unity

Melalui pengumuman lanjutan, Unity memberikan penjelasan lebih lanjut soal kebijakan ini. Melalui akun X-nya, mereka juga menegaskan 90 persen pelanggan tidak akan terpengaruh perubahan ini.

"Pelanggan yang akan terkena dampak umumnya adalah mereka yang telah mengalami peningkatan besar dalam hal pengunduhan dan pendapatan serta telah mencapai ambang batas jumlah pemasangan dan pendapatan kami."

"Hal ini berarti biaya yang rendah (atau tidak sama sekali) bagi pembuat konten yang belum mencapai kesuksesan, dan biaya satu kali saja bagi mereka yang sudah mencapai kesuksesan," kata perusahaan.

Perusahaan juga mengatakan mereka tidak akan mengenakan biaya untuk re-install atau instal palsu, di mana yang terakhir akan dicurigai sebagai penipuan atau bot.

Biaya uji coba, demo, dan pemasangan otomatis, juga tidak dihitung dalam jumlah pemasangan. Namun, untuk early access tidak dimasukkan sebagai demo. Game yang bertujuan untuk amal juga diklaim tidak akan dikenakan beban biaya.

Unity Engine sendiri digunakan oleh banyak developer game, termasuk judul-judul besar seperti Genshin Impact, Pokemon GO, Rust, Among Us, hingga Cuphead.

(Dio/Isk)

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya