Serangan Siber Berbasis AI Bakal Makin Sulit Dideteksi

Laporan Critical Scalability: Trend Micro Security memprediksi akan terjadi ‘tsunami’ taktik social engineering yang canggih dan pencurian identitas menggunakan GenAI.

oleh Iskandar diperbarui 30 Jan 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 08:30 WIB
Survei menunjukkan bahwa bagi warga Amerika Serikat (AS) serangan siber adalah ancaman terbesar yang dihadapi negara itu dibanding senjata nuklir. (Dok. Pixabay)
Survei menunjukkan bahwa bagi warga Amerika Serikat (AS) serangan siber adalah ancaman terbesar yang dihadapi negara itu dibanding senjata nuklir. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Generative AI (GenAI) berpotensi menjadi alat yang digunakan para hacker untuk meningkatkan serangan siber pada tahun 2024.

Laporan Critical Scalability: Trend Micro Security memprediksi akan terjadi ‘tsunami’ taktik social engineering yang canggih dan pencurian identitas menggunakan GenAI.

GenAI diperkirakan akan mendisrupsi pasar phishing pada 2024 karena semakin banyak digunakan dan kualitasnya juga meningkat, ditambah lagi dengan dukungan penggunaan Generative Adversarial Networks (GAN).

Trend Micro memperkirakan transformasi ini memungkinkan pembuatan konten audio dan video yang sangat realistis dengan biaya lebih hemat, menyebabkan meningkatnya gelombang baru business email compromise (BEC), penculikan virtual, dan penipuan lainnya.

Country Manager Trend Micro Indonesia, Laksana Budiwiyono, mengatakan Large Language Models (LLM) yang canggih dan menguasai berbagai bahasa akan menjadi ancaman yang signifikan karena mereka mampu menghilangkan indikator khas phishing seperti format yang janggal atau kesalahan tata bahasa, sehingga semakin sulit untuk dideteksi.

"Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus melakukan transisi dari pelatihan antisipasi serangan siber (phishing konvensional) dan memberikan prioritas pada penerapan pengendalian keamanan modern," ujar Laksana, dikutip Selasa (30/1/2024).

Ia menilai pertahanan canggih ini tidak hanya melampaui kemampuan manusia dalam mendeteksi tetapi juga memastikan ketahanan atau resiliensi terhadap taktik baru itu.

"Inisiatif semacam itu sangat penting seiring dengan kemajuan AI di negara ini, yang diperkirakan akan memberikan kontribusi hingga US$ 366 miliar terhadap PDB pada tahun 2030," ucap Laksana memungkaskan.

Biaya Serangan Phishing Makin Murah

Hacker
Kawasan Asia Tenggara mulai menjadi pemain ekonomi skala besar sehingga memicu para hacker untuk melakukan penyerangan siber. (Doc: iStockphoto)

Model AI sendiri mungkin juga akan menghadapi serangan pada tahun 2024. Lantaran dataset GenAI dan LLM sulit diutak-atik oleh para pelaku ancaman, mereka akan mengincar model pembelajaran mesin berbasis cloud yang terspesialisasi.

Dataset pelatihan yang lebih terfokus akan menjadi lebih menyasar pada penyusupan data dengan hasil antara lain pengambilan data yang sensitif hingga merusak fraud filter dan bahkan hal-hal yang terhubung.

Untuk melakukan serangan semacam itu hanya membutuhkan biaya kurang dari USD 100 atau di bawah Rp 1,5 jutaan.

Tren ini, pada gilirannya akan meningkatkan pengawasan berdasarkan regulasi dan mendorong pengambilan tindakan sendiri oleh sektor keamanan siber.

"Di tahun mendatang, industri siber akan mulai mengungguli pemerintah dalam hal mengembangkan kebijakan atau peraturan khusus keamanan siber terkait AI. Industri ini bergerak cepat untuk mengatur diri sendiri dengan basis partisipasi," ujar Laksana.

Prediksi Trend Micro 2024

Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Lebih lanjut, laporan prediksi Trend Micro tahun 2024 juga menyoroti beberapa hal di bawah ini.

1. Terjadinya lonjakan serangan cloud-native worm, yang menargetkan kerentanan dan miskonfigurasi serta menggunakan otomatisasi tingkat tinggi untuk menjangkau banyak container, akun, dan layanan dengan mudah.

2. Keamanan cloud akan menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk mengatasi kesenjangan keamanan di lingkungan cloud, menyoroti kerentanan pada aplikasi cloud-native terhadap serangan otomatis.

Tindakan proaktif, termasuk mekanisme pertahanan yang kuat dan audit keamanan menyeluruh, sangat penting untuk mengurangi risiko.

3. Lebih banyak serangan terhadap rantai pasokan akan menargetkan tidak hanya komponen software open-source di upstream tetapi juga pada manajemen identitas inventaris, seperti SIM telco, yang sangat penting untuk sistem armada dan inventaris.

Penjahat siber juga akan mengeksploitasi software rantai pasokan yang ada di vendor melalui sistem CI/CD, dengan fokus serangan pada komponen pihak ketiga.

4. Serangan terhadap private blockchain akan meningkat sebagai akibat dari kerentanan dalam implementasi sejumlah private blockchain. Pelaku ancaman dapat secara langsung memodifikasi, menimpa, atau menghapus data yang ada, dan kemudian meminta uang tebusan.

Sebagai alternatif, bila memungkinkan mereka akan mencoba mengenkripsi seluruh blockchain untuk mengambil alih kendali atas cukup banyak node.

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya