Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan jasa keuangan global, Prudential Financial, mengungkapkan lebih dari 2,5 juta data pribadi nasabah hingga karyawan dibobolhacker pada Februari 2024.
Menurut laporan terkini yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Prudential mendeteksi insiden tersebut pada 5 Februari 2024, di mana penyerang membobol sistemnya dan mengakses data administratif/pengguna (nasabah) dan akun karyawan/kontraktor.
Baca Juga
Pada Maret 2024, perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 ini mengungkapkan pada pengajuan ke Kantor Kejaksaan Agung Maine, ada lebih dari 36.000 orang yang informasi pribadinya (termasuk nama, nomor SIM, dan nomor kartu identitas non-pengemudi) dicuri.
Advertisement
“Melalui penyelidikan, kami mengetahui bahwa pihak ketiga yang tidak berwenang memperoleh akses ke jaringan kami pada 4 Februari 2024 dan menghapus sebagian kecil informasi pribadi dari sistem kami,” kata Prudential, dikutip dari Bleeping Computer, Rabu (3/7/2024).
“Sebagai bagian dari respons kami, kami telah bekerja sama dengan pakar keamanan siber terkemuka untuk mengonfirmasi bahwa pihak ketiga yang tidak berwenang tidak lagi memiliki akses ke sistem perusahaan,” perusahaan menambahkan.
Namun, minggu lalu, perusahaan memperbarui informasi yang dibagikan kepada Kejaksaan Agung Maine mengenai pelanggaran data pada Februari dan mengatakan bahwa insiden tersebut berdampak pada 2.556.210 orang.
Terkait hal ini juru bicara Prudential Financial belum memberikan penjelasan lebih lanjut.
Pelaku Diduga ALPHV
Meskipun Prudential belum membagikan informasi tambahan mengenai pelaku ancaman di balik pelanggaran data pada Februari 2024, geng ransomware ALPHV/Blackcat mengklaim serangan tersebut pada 13 Februari.
ALPHV menghentikan operasinya dan melakukan exit scam setelah mencuri uang tebusan USD 22 juta dari Notchy, afiliasi di balik pelanggaran Change Healthcare.
FBI menghubungkan kelompok ransomware ini dengan lebih dari 60 pelanggaran di seluruh dunia selama empat bulan pertama aktivitasnya dan mengatakan bahwa ALPHV meraup setidaknya USD 300 juta dari lebih dari 1.000 korban hingga September 2023.
Prudential adalah perusahaan asuransi jiwa terbesar kedua di Amerika Serikat, dengan 40.000 karyawan di seluruh dunia dan melaporkan pendapatan lebih dari USD 50 miliar pada 2023.
Pada Mei 2023, informasi pribadi dari 320.000 nasabah Prudential tambahan--termasuk nama, alamat, tanggal lahir, nomor telepon, dan nomor Jaminan Sosial--juga terungkap setelah geng kejahatan dunia maya Clop meretas platform berbagi file MOVEit Transfer dari Pension Benefit Information (PBI), vendor pihak ketiga yang menangani data.
Advertisement
Penelitian Prudential: 68 Persen Masyarakat Indonesia Pertimbangkan Miliki Asuransi
Di sisi lain, Penelitian terbaru dari Prudential yang diterbitkan akhir 2023, menunjukkan kesadaran tinggi masyarakat lima negara Asia, termasuk Indonesia, mengenai pentingnya menabung untuk dana darurat dan menciptakan jaring pengaman melalui asuransi untuk kesehatan dan pendapatan keluarga.
Penelitian ini berjudul Empowering Aspirations: Financial Preparedness in Asia. Dana asuransi ini penting untuk memastikan kehidupan yang stabil di masa depan. Studi melibatkan 5.000 individu dan mengungkap sejauh mana kesadaran mereka tentang pentingnya memiliki jaring pengaman finansial.
Di Indonesia, sekitar 68 persen responden menyatakan mereka mempertimbangkan memiliki proteksi untuk melindungi diri dan keluarga dari risiko kesehatan dan pendapatan. Selain itu, 56 persen responden Indonesia menyisihkan uang mereka untuk keperluan darurat, angka tertinggi dibandingkan dengan negara lain dalam penelitian ini.
Lebih lanjut, 36,4 persen responden Indonesia mengutamakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak sebagai prioritas pengeluaran keluarga.
Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia, Karin Zulkarnaen mengatakan bahwa hasil penelitian ini memberi angin segar bagi industri asuransi di Indonesia.
"Namun, angka penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah, dan Prudential berkomitmen untuk menghasilkan produk dan layanan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan nasabah," ujarnya.
Menariknya, 74 persen responden milenial memiliki kesadaran untuk menyisihkan uang untuk situasi darurat, lebih tinggi dibandingkan dengan generasi lain. Namun, masih ada sebagian responden generasi Z yang ingin menghabiskan uang mereka untuk gaya hidup.
Selain menyisihkan tabungan, penelitian ini juga menunjukkan pentingnya asuransi. Hampir 80% responden di lima negara, termasuk Indonesia, memiliki asuransi kesehatan, dan 46% memiliki asuransi perlindungan penghasilan.
Prudential Indonesia meluncurkan Asuransi Jiwa PRUFuture, sebagai solusi simpel dan mudah diakses untuk melindungi masa depan, terutama bagi keluarga baru dan generasi muda.
Produk ini dirancang dengan masa perlindungan panjang hingga usia 120 tahun dan pilihan masa pembayaran premi yang fleksibel.
"Kami melihat kesadaran tinggi masyarakat untuk memiliki asuransi sebagai jaring pengaman untuk masa depan yang lebih baik," katanya.
Prudential berkomitmen untuk menjadi mitra dan pelindung terpercaya bagi masyarakat dengan menyediakan solusi keuangan dan kesehatan yang sederhana dan mudah diakses.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement