Menkominfo Pastikan Kasus Pencurian Data Kartu SIM Indosat Kesalahan Mitra Nakal

Menkominfo Budi Arie Setiadi menyatakan kasus pencurian data warga Bogor untuk didaftarkan kartu SIM bukan kesalahan Indosat, melainkan dealer terkait.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 12 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2024, 18:00 WIB
Indosat
Presdir sekaligus CEO Indosat Vikram Sinha (kiri) dan Menkominfo Budi Arie Setiadi (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani).

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu nama Indosat terseret karena ada oknum-oknum dari perusahaan rekanan yang mencuri data warga Bogor untuk registrasi kartu SIM card Indosat. Hal ini dilakukan para pelaku untuk memenuhi target penjualan dan aktivasi kartu SIM.

Menanggapi hal ini, Menkominfo Budi Arie Setiadi mengatakan, kasus pencurian data warga Bogor yang dipakai untuk registrasi kartu SIM itu bukanlah kesalahan Indosat.

"Bahwa kami minggu lalu sudah berdiskusi dengan Indosat, ini merupakan kesalahan dealer-nya Indosat, tentunya Indosat memiliki justifikasi bisnis terhadap kliennya, ini yang nakal adalah dealer-nya," kata Budi Arie Setiadi di Kantor Kominfo, Jakarta, Kamis (12/9/2024).

Mengutip Antaranews, buntut dari kasus ini Komisi I DPR RI menyebut pihaknya akan memanggil Indosat sebagai operator seluler yang diduga melakukan registrasi prabayar ilegal tersebut sekaligus memanggil pihak Kominfo.

Budi Arie menyebut, pihaknya siap dengan pemanggilan tersebut. "Nanti soal panggilan DPR, kami siap, (karena) ini (ulah) oknum-oknum nakal dari dealership Indosat," tuturnya. 

Sementara itu, tentang kasus pencurian data tersebut, Presiden Direktur sekaligus CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan Indosat mengecam berbagai tindakan ilegal.

"Indosat mengecam tindakan ilegal, kami sangat memperhatikan keamanan data para pelanggan kami," kata Vikram.

Lebih lanjut ia juga menyebut, pihak Indosat bekerja sama dengan berbagai pihak memanfaatkan teknologi demi menjaga serta meningkatkan sumber daya manusia.

"Teknologi tidak akan efektif apabila tidak didorong dengan peningkatan sumber daya manusia. Saya memiliki komitmen personal dengan Pak Budi untuk mendorong talenta-talenta di Indonesia untuk mengasah keamampuan dalam teknologi," kata Vikram.

Guna meningkatkan kemampuan talenta digital terutama yang memiliki kecakapan di bidang keamanan siber, Indosat bersama dengan Mastercard Indonesia dan Kominfo berkolaborasi meluncurkan akademi daring untuk mempersiapkan satu juta masyarakat Indonesia di bidang keamanan siber.

Dengan memanfaatkan platform Digital Talent Scholarship milik Kominfo, akademi daring ini fokus mengembangkan pengetahuan dasar dan keterampilan praktis dalam keamanan siber bagi individu dan usaha kecil.

 

Kominfo Gandeng Indosat dan Mastercard Cetak 1 Juta Talenta Keamanan Siber di Indonesia

Kementerian Kominfo
Indosat Ooredoo Hutchison, Mastercard Indonesia bersama Kominfo berupaya mencetak 1 juta talenta digital di bidang keamanan siber untuk mendukung ekonomi digital yang lebih aman. (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani).

Untuk diketahui, keamanan siber menjadi hal yang penting di tengah pesatnya penggunaan berbagai layanan digital. Sayangnya, negara-negara di Asia Pasifik  masih kekurangan setidaknya 2,5 juta talenta digital. 

Untuk Indonesia sendiri, Menkominfo Budi Arie Setiadi menyebutkan pada tahun 2023-2030, Indonesia butuh rata-rata 458.043 orang talenta digital per tahunnya. 

"Kecepatan untuk pemenuhan talenta digital nasional sangat mutlak diperlukan, apalagi keamanan siber memainkan peran penting dalam mewujudkan transformasi digital," kata Budi Arie Setiadi, di Kantor Kominfo, Kamis (12/9/2024). 

Sayangnya pemenuhan talenta digital ini tak bisa dilakukan sendiri oleh Kominfo. Untuk itulah, menurut Budi, diperlukan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan talenta digital, terutama yang berfokus pada keamanan siber. 

Menangkap kebutuhan tersebut, Indosat Ooredoo Hutchison, Mastercard Indonesia, dan Kominfo meluncurkan akademi daring untuk mempersiapkan satu juta masyarakat Indonesia di bidang keamanan siber. 

Dengan memanfaatkan platform Digital Talent Scholarship (DTS) milik Kominfo, akademi daring ini fokus mengembangkan pengetahuan dasar dan keterampilan praktis dalam keamanan siber bagi individu dan usaha kecil. 

Dengan begitu, para pelaku UMKM ini lebih siap melindungi diri di dunia yang kian terdigitalisasi. Inisiatif ini juga mendorong dan mengasah kemampuan keamanan siber Indonesia, baik para profesional yang sudah ada maupun talenta baru. 

Indosat dan Mastercard di satu sisi, akan memainkan peran penting dengan menggabungkan upaya pengembangan talenta digital yang kuat. 

Apalagi, Mastercard sendiri dikenal dengan solusi keamanan siber sekaligus menyelenggarakan pelatihan keamanan siber yang komprehensif di banyak negara Asia Pasifik dan global. 

Program Digital Talent Scholarship

Kementerian Kominfo
Indosat Ooredoo Hutchison, Mastercard Indonesia bersama Kominfo berupaya mencetak 1 juta talenta digital di bidang keamanan siber untuk mendukung ekonomi digital yang lebih aman. (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani).

Peserta program DTS ini nantinya akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam ekonomi digital saat ini.

Misalnya tentang cara menginventarisasi perangkat, apps dan accounts, menguasai pembaruan software dan keamanan online, melindungi diri dari serangan phishing dan malware, hingga mengamankan data bisnis dengan backup

Dengan inisiatif ini, diharapkan bisa memposisikan Indonesia sebagai pemimpin dalam keamanan digital, tak hanya di Asia Tenggara tetapi juga di tingkat global. 

Presiden Direktur sekaligus CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan, pihaknya di Indosat meyakini bahwa talenta digital merupakan kunci masa depan Indonesia. 

"Bersama dengan Mastercard, kami berkomitmen mempercepat perjalanan Indonesia menuju negara yang maju dan aman secara digital serta siap bersaing di kancah global, sekaligus memberdayakan Indonesia," kata Vikram. 

Serangan Siber yang Terus Meningkat

Sementara itu, Country Manager and President Director of Mastercard Indonesia Aileen Goh, menyebutkan seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital, frekuensi dan cakupan serangan siber meningkat terus. 

"Kejahatan siber diproyeksi akan merugikan dunia sekitar USD 13,8 triliun pada 2028, berdasarkan survei, 72 persen serangan siber di Asia disebabkan oleh kurangnya spesialis terampil di bidang keamanan siber," kata Aileen. 

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi digital yang pesat membutuhkan pengembangan kapasitas dan pembinaan talenta keamanan siber. 

Hal tersebut jadi kunci memastikan ketahanan siber dan ekonomi digital yang aman. 

"Kolaborasi ini akan membekali talenta Indonesia dengan keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk menghadapi ancaman di masa depan dan memperkuat kepercayaan dalam ekonomi digital, sekaligus menjaga masa depan digital Indonesia," kata Aileen. 

Adapun kolaborasi ini jadi bagian dari Cybersecurity Center of Excellence yang diluncurkan IOH dan Mastercard pada April lalu. Hal tersebut menggarisbawahi pentingnya upaya gotong royong dalam memberdayakan tenaga kerja digital Indonesia.

Infografis Klaim dan Ancaman Hacker Bjorka Bocorkan Data Bikin Gerah Kominfo hingga Istana. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Klaim dan Ancaman Hacker Bjorka Bocorkan Data Bikin Gerah Kominfo hingga Istana. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya