Liputan6.com, Jakarta - TikTok berencana menutup aplikasinya untuk pengguna di Amerika Serikat (AS) pada Minggu, 19 Januari 2025, hari ketika larangan federal mulai berlaku.
Nasib TikTok kini bergantung pada Mahkamah Agung, jika lembaga tinggi negara itu turun tangan untuk memblokir larangan tersebut.
Baca Juga
Jika Mahkamah Agung mendukung undang-undang larangan TikTok--seperti yang dilakukan pengadilan pada bulan lalu--maka TikTok akan segera berakhir di AS.
Advertisement
"Pada 19 Januari, setahu saya, kami akan ditutup," kata pengacara TikTok, Noel Francisco, kepada hakim selama argumen lisan pada Jumat lalu.
Jika demikian, bukan berarti aplikasi video pendek tersebut akan otomatis menghilang dari ponsel pengguna atau berisiko dihukum hanya karena masuk ke aplikasi.
"Sayangnya, akan semakin sulit bagi pengguna TikTok di AS untuk mengakses aplikasi tersebut," kata Kate Ruane, Direktur Free Expression Project di Center for Democracy and Technology, yang bergabung dalam amicus brief guna mendukung TikTok dan kebebasan berbicara.
"Saya pikir dampak paling jelas dari berlakunya undang-undang ini adalah dibutuhkan keahlian teknis yang lebih tinggi untuk mengakses TikTok," Ruane menambahkan kepada NPR, dikutip Rabu (15/1/2025).
Hal itu akan menjadi penghalang yang terlalu besar bagi banyak orang untuk terus mengakses TikTok atau terus mencoba menggunakan TikTok sebagai layanan.
Pejabat TikTok mengatakan, ada kemungkinan pada 19 Januari, ketika pengguna AS mencoba membuka aplikasi akan muncul pemberitahuan yang menunjukkan bahwa layanan tersebut tidak lagi tersedia di negara tersebut.
"Ada juga kemungkinan pengguna masih dapat mengakses aplikasi TikTok tetapi mungkin mengalami bug, beroperasi lambat, atau sering crash," ujar pejabat TikTok.
Pengguna TikTok di AS Ramai-Ramai Pindah ke Aplikasi China RedNote, Ada Apa?
Di tengah ancaman pemblokiran TikTok yang semakin dekat (pada 19 Januari 2025), pengguna di Amerika Serikat (AS) ramai-ramai dilaporkan beralih ke aplikasi asal China lainnya bernama RedNote.
Perpindahan massal ini bahkan menjadikan RedNote sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Apple App Store AS pada Senin (13/1/2025) kemarin.
RedNote yang populer di kalangan anak muda di Tiongkok, Taiwan, dan komunitas berbahasa Mandarin lainnya, merupakan pesaing berat TikTok.
Advertisement Dengan sekitar 300 juta pengguna aktif bulanan, tampilan RedNote menyerupai gabungan TikTok dan Instagram, memungkinkan pengguna--terutama perempuan muda di perkotaan--untuk berbagi tips gaya hidup, mulai dari kencan hingga mode.
RedNote pun menyambut pengguna baru dengan tangan terbuka. Terdapat 63.000 unggahan dengan tagar "TikTok refugee" (pengungsi TikTok), di mana pengguna baru diajarkan cara menggunakan aplikasi dan frasa dasar bahasa Mandarin.
"Kepada tuan rumah Tiongkok kami, terima kasih telah menerima kami. Mohon maaf sebelumnya atas kekacauan ini," tulis seorang pengguna baru asal AS, dikutip dari BBC, Selasa (14/1/2025).
Namun, seperti TikTok, RedNote juga dilaporkan mengalami sensor terkait kritik terhadap pemerintah China. Di Taiwan, pejabat publik dilarang menggunakan RedNote karena dugaan risiko keamanan perangkat lunak Tiongkok.
Seiring bertambahnya pengguna AS di RedNote, beberapa pengguna China bercanda menyebut diri mereka sebagai "mata-mata Tiongkok", merujuk pada kekhawatiran pejabat AS bahwa aplikasi TikTok dapat digunakan oleh Tiongkok sebagai alat mata-mata dan manipulasi politik.
Â
Advertisement
Pengguna Tak Peduli Soal Isu Keamanan
Nama Tiongkok RedNote, Xiaohongshu, berarti 'Buku Merah Kecil', bukan merujuk pada buku kutipan pemimpin komunis Tiongkok Mao Zedong dengan nama yang sama. Namun, kekhawatiran keamanan tidak menghalangi pengguna untuk berbondong-bondong ke RedNote.
Sarah Fotheringham (37), seorang pekerja kantin sekolah di Utah, mengatakan bahwa kepindahannya ke RedNote adalah cara untuk "menentang" pemerintah.
"Saya hanya orang sederhana yang menjalani hidup sederhana," kata Fotheringham kepada BBC melalui pesan RedNote.
"Saya tidak memiliki apa pun yang tidak dimiliki Tiongkok, dan jika mereka menginginkan data saya, mereka boleh mengambilnya," ia menambahkan.
Marcus Robinson, seorang perancang busana di Virginia, mengatakan ia membuat akun RedNote untuk mempromosikan merek pakaiannya.
Ia mengaku sedikit ragu menerima syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi yang ditulis dalam bahasa Mandarin.
"Saya tidak bisa membacanya, jadi itu sedikit mengkhawatirkan, tapi saya tetap menyetujuinya," ucap Robinson.
Bagaimana Jika AS Batal Larang TikTok?
Meskipun pemblokiran tidak akan serta merta menghilangkan TikTok, namun toko aplikasi dilarang untuk memajang aplikasi, yang pada akhirnya dapat mematikan aplikasi tersebut.
Akan tetapi, jika TikTok lolos dari pemblokiran, perusahaan (dalam hal ini ByteDance) mungkin tidak bisa membendung pengguna yang terlanjur pindah ke platform alternatif. Beberapa pengguna media sosial mengatakan mereka lebih sering menggunakan RedNote daripada TikTok.
"Bahkan jika TikTok tetap ada, saya akan terus menggunakan platform yang telah saya buat di RedNote," kata Sydney Crawley, seorang pekerja teknologi di Tennessee, yang memperoleh lebih dari 6.000 pengikut dalam 24 jam setelah membuat akun RedNote.
Fotheringham menambahkan, RedNote membuka dunia saya ke Tiongkok dan rakyatnya. Robinson pun mengakui komunitas di RedNote sangat ramah.
"Saya sangat menyukai RedNote… Saya hanya perlu belajar berbicara bahasa Mandarin!," ia memungkaskan.
Advertisement