Siggi Thodarson, Pelaku Aksi `Mata-mata` FBI di Wikileaks

Dia menjadi sukarelawan Wikileaks saat berusia 17 tahun pada Februari 2010. Seperti apa peran Siggi?

oleh Bayu Galih diperbarui 29 Jun 2013, 09:22 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2013, 09:22 WIB
mata-mata-fbi-130628b.jpg
Seorang remaja Islandia bernama Sigurdur "Siggi" Thodarson membuat sebuah pengakuan mengejutkan. Saat berusia 18 tahun Siggi menjadi 'mata-mata' yang memberikan informasi kepada Badan Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) mengenai Wikileaks. Saat itu Siggi memang menjadi sukarelawan di Wikileaks, yang kemudian menjadi orang dekat pendiri Wikileaks Julian Assange.

Dilansir dari laman Wired yang Liputan6.com kutip Jumat (28/6/2013), saat ini Siggi berusia 20 tahun. Dia menjadi sukarelawan Wikileaks saat berusia 17 tahun pada Februari 2010. Remaja yang saat itu masih pelajar SMA mengaku tertarik dengan bocoran Wikileaks yang mengungkap dokumen bank tentang krisis finansial di Islandia.

Siggi semakin memiliki peran di Wikileaks saat terjadi perpecahan di lingkaran dekat Assange. Saat itu Assange dianggap otoriter dengan merilis 392.000 dokumen rahasia AS terkait perang di Irak, tanpa berbicara dengan rekan-rekannya di Wikileaks. Assange kemudian memberikan Siggi peran sebagai penanggung jawab di chat room. Jelas Siggi Thordarson menjadi kontak penting bagi sukarelawan, wartawan, juga sumber penting yang mencoba berhubungan dengan Wikileaks.

Peran besar didapat Siggi saat menjadi perantara di negosiasi Wikileaks dengan Bradley Manning Defense Fund, lembaga yang mengadvokasi Bradley Manning, tentara AS yang merupakan sumber utama Wikileaks. Untuk membela kasus hukum Manning, Wikileaks pun memberikan donasi sebesar US$ 15.000 atau sekitar Rp 150 juta.

Siggi juga menjadi orang yang menangani seorang sukarelawan baru Wikileaks, yang kelak berhasil mendapatkan Kabel Kissinger, April 2013 lalu. Kabel Kissinger merupakan salah satu pembocoran rahasia kawat diplomasi terbesar yang dilakukan Wikileaks.

Wired kemudian menulis alasan Siggi mengkhianati Assange. Pengkhianatan itu dianggap sebagai pengkhianatan personal kepada Assange, dan bukan ke Wikileaks. Sebab selama ini, menurut kolega di Wikileaks, Assange menempatkan Siggi hanya sebagai 'sayapnya' dan tak pernah menempatkannya di bagian muka saat Wikileaks dilanda kontroversi.

Siggi mengungkap alasan lain. Keresahannya terjadi ketika FBI mulai menangkap sejumlah hacker dari kelompok Anonymous dan LulzSec. Ketika itu Wikileaks memang berusaha meminta kelompok hacker itu meretas atau hacking sistem komputer milik Pemerintah Islandia.

"Saya rasa saya bekerja sama dengan FBI karena saya tak mau berpartisipasi dalam keterlibatan Anonymous dan Lulzsec dalam peretasan untuk Anonymous," ucap Siggi kepada Kevin Poulsen dari Wired.

Meski begitu Kevin Poulsen ragu dengan jawaban Siggi. Sebab Siggi yang meminta Lulzsec untuk meretas, dan bukan Assange. Kepada Ars Technica, Siggi baru mengaku kalau dia sebenarnya takut terhadap ancaman hukuman yang akan diterimanya. Karena itu dia mau diajak bekerja sama.

Sekarang Siggi mengaku sudah tak memberikan informasi kepada FBI. Tapi peran 'agen ganda' sudah dilakukan Siggi selama beberapa bulan. Meski belum jelas motif apa yang membuatnya mengkhianati Assange, yang pasti dia mendapatkan uang US$ 5000 atau sekitar Rp 50 juta.

FBI disebut telah memberikan pengarahan sebanyak empat kali. Salah satu pengarahan bahkan dilakukan di Washington. Dalam pertemuan terakhir, Siggi menyerahkan delapan hard drive berisi catatan percakapan (chat logs), video, dan data lain milik Wikileaks.

Meski tak lagi berurusan dengan FBI dan Wikileaks, saat ini Siggi punya masalah baru. Dia menghadapi tuntutan hukum di negaranya terkait kejahatan finansial dan pajak. Bahkan Wikileaks mengajukan laporan akan aksi penipuan yang dilakukan Siggi terhadap toko T-shirt.

Lalu apakah Siggi masih membenci Assange?

"Saya suka Assange, bahkan menganggapnya sebagai teman," jawabnya. "Saya tak ingin mengikutinya". (gal/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya