Jakarta - RAGAM peristiwa terjadi sepanjang sepekan pelaksanaan Asian Games 2018. Ada suka, tak jarang terlihat ekspresi duka. Semua itu menjadi rona yang menjadi memori bagi siapa saja yang terlibat.
Baca Juga
- Jadwal Asian Games 2018 di SCTV, Indosiar, dan O Channel, Minggu 26 Agustus
- Asian Games 2018: Indonesia Lanjutkan Dominasi di Cabor Pencak Silat
- Jadwal 12 Besar Bola Voli Putra Asian Games: Thailand Vs Indonesia
Nah, varian ekspresi tersebut memiliki beberapa 'cabang', satu di antaranya adalah kejadian dramatis yang menimpa para atlet di arena pertandingan. Seperti dirilis Antara, kemarin, ada tujuh catatan dramatis yang mengiringi perjalanan atlet tertentu.
Advertisement
Karakter momen dramatis kali ini menggambarkan betapa berat perjuangan membela panji bangsa di pentas internasional. Kalaupun hampir menang, ada saja kejadian yang membuat skema berantakan. Tapi itulah olahraga, karena apapun bisa terjadi sampai detik-detik terakhir.
Berikut ini tujuh momen dramatis sepanjang Asian Games 2018, yang dihimpun sampai Sabtu, 25 Agustus 2018:
1. Atlet Paralayang Jatuh
Andalan paralayang Afghanistan, Lida Hozoori mengalami nasib tak bagus. Dia jatuh dari ketinggian 15 meter saat bertanding di Puncak Mas, Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/8). Lida gagal mendarat dengan mulus karena parasutnya kolap, diduga akibat tiupan angin mendadak. Akibatnya, Lida mengalami patah kaki dan tulang rusuk sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Gatot Subroto.
Advertisement
2. Kegagalan Triyatno
Kegagalan lifter andalan Indonesia Triyatno meraih medali gara-gara terjadi miskomunikasi antara atlet, pelatih dan asisten pelatih. Hal itu terjadi saat Triyatno beraksi di nomor andalannya, yakni kelas 69 kg putra.
Triyatno yang tampil pada final Grup A, hanya menempati posisi keempat dengan total angkatan 329 kg (snatch 147 kg, 'clean and jerk' 182 kg). Miskomunikasi terjadi di momen angkatan clean and jerk.
Seharusnya, Triyatno mengawali angkatan 'clean and jerk' dengan bobot 180 Kg, tapi angkatan pertamanya justru menempatkan angka 175 Kg karena pelatih belum menambahkan beban.
Mengapa menjadi dramatis?, karena selisih total angkatan peraih medali perak asal Uzbekistan dan peraih medali perunggu asal Kirgistan hanya 1 kilogram saja dari Triyatno.
Pada akhirnya, Triyatno hanya bisa menempatkan 182 Kg pada angkatan kedua dan 186 Kg pada angkatan ketiga. Menurut Triyatno, 186 Kg seharusnya ditempatkan pada angkatan kedua.
3. Cedera Anthony Ginting
Kegagalan tim bulutangkis putra Indonesia di final memiliki cerita dramatis. Hal itu berawal dari apa yang terjadi dengan tunggal pertama Indonesia, Anthony Ginting. Ia mengalami cedera saat berhadapan dengan Shi Yuqi. Pertandingan ini berlangsung dramatis karena Ginting harus berjuang mati-matian hingga kakinya diseret. Pada akhirnya ia harus berhenti di saat skor 20-21 pada game ketiga.
Advertisement
4. Timnas Indonesia U-23
Timnas sepak bola putra Indonesia kalah dari Uni Emirat Arab lewat adu penalti dengan skor 3-4, pada Babak 16 Besar Asian Games 2018. Penalti dilakukan setelah kedua tim bermain imbang 2-2.
Drama terjadi saat akhir babak kedua ketika Indonesia masih tertinggal 1-2 saat injuri time. Sebuah gol dari Stefano Lilipaly di menit terakhir membuat kedudukan imbang 2-2 sehingga pertandingan harus dilanjutkan dengan tambahan waktu.
5. Diskualifikasi di Renang
Peristiwa didiskualifikasi terjadi pada dua tim yang berlaga di nomor estafet 4x100 meter gaya ganti putri cabang olahraga renang. Awalnya, Jepang menjadi peraih emas, disusul China dan Korea Selatan yang meraih perak dan perunggu. Namun juri membatalkan hasil itu.
Juri membatalkan perolehan medali perak dan perunggu bagi China dan Korea Setalan, karena mereka meloncat terlalu cepat saat pergantian perenang. Dengan keputusan akhir ini, tim estafet Hong Kong naik ke posisi kedua dan berhak atas medali perak dan tim Singapura meraih perunggu.
Advertisement
6. Timnas Sepak Bola Putri Indonesia
Kegagalan Timnas sepak bola putri melaju ke babak 8 besar lantaran kalah selisih satu gol dari Hongkong. Saat itu, timnas kita bisa lolos ke fase berikutnya jika bisa menahan hanya kebobolan 11 gol dari Korea Selatan (Korsel).
Sayang, pada pertandingan itu Indonesia dipukul 0-12, dan lebih dramatis lagi gol ke-12 Korsel tercipta pada ujung babak kedua.
7. Kegagalan Aero dan Aqsa
Dua kakak beradik Aero Sutan Aswar dan Aqsa Sutan Aswar gagal meraih medali emas di cabang Jetski, karena terjadinya kerusakan mesin pada mesin jetski. Aqsa yang sudah memimpin di tiga race harus mengubur impiannya meraih emas setelah jetski yang dipakainya tiba-tiba mati di tengah pertandingan nomor rounabout limited di Ancol, Jakarta. Aqsa harus puas hanya meraih medali perunggu, sementara kakak, Aero, meraih perak.
Advertisement