Liputan6.com, Jakarta Pupus sudah harapan publik melihat ada petinju Indonesia yang tampil di final Asian Games 2018. Sunan Agung Amoragam yang jadi harapan terakhir Indonesia juga terhenti di semifinal kelas Bantam 56 kg putra.
Agung memang tak beruntung karena harus bertemu dengan petinju Uzbekistan, Mirazizbek Mirzakhalilov pada semifinal Asian Games 2018 di Jakarta International Expo, Jumat (31/8/2018). Dari segi teknik, Mirzakhalilov unggul jauh atas Agung.
Advertisement
Baca Juga
Agung sendiri mencoba untuk mengantisipasi agresivitas petinju berusia 23 tahun itu. Caranya adalah bermain defensif untuk menciptakan jarak. Karenanya, selama tiga ronde terlihat bahwa Agung selalu mundur saat Mirzakhalilov melancarkan serangannya.
Sayang, strategi itu tak berjalan mulus hingga Agung pun gagal melaju ke final Asian Games 2018. Strategi Agung dipatahkan Mirzakhalilov dengan cara terus menekannya ke berbagai sudut arena. Pada akhirnya, juri pun memberikan skor 5-0 untuk Mirzakhalilov.
"Itu dalah pertarungan yang keras karena lawan saya adalah juara dunia. Strateginya tadi untuk mengatur jarak pukul. Namun saya terlambat start karena jarak pukulnya tidak pas, makanya saya terus mundur. Tapi ketika saya mundur, ia terus mendekat, mungkin saya kurang jam terbang untuk mengantisipasi jarak pukul," kata Agung usai bertanding.
Â
Tipe Baru
Bagi Agung, Mirzakhalilov adalah tipe lawan yang baru sekali dihadapinya. Meski sudah menyusun strategi matang untuk mengantisipasinya, saat berada di atas arena Agung tetap selalu dalam posisi tersudut. Berulang kali pula kuda-kudanya sempat goyang dan nyaris terjatuh.
"Sebelumnya belum pernah bertemu tipe lawan seperti itu. Ini baru pertama kali. Karenanya saya tak punya strategi untuk mengantisipasinya. Sempat emosi karena kena pukul, tapi sekali lagi itu karena kurangnya jam terbang," ujar Agung.
Di cabor tinju sendiri, Indonesia menurunkan 10 petarung. Selain Agung, sembilan petinju lainnya adalah Huswatun Hasanah, Aldoms Sugoro, Brama Hendra Betabaun, Mario Blasius Kali, Libertus Gha, Christina Marwam Jembay, Sarohatua Lumbantobing, Farrand Papendang, dan Aldriani Beatrichx Sugoro.
Advertisement