Jokowi Gaet JK, Pengamat: Ekonomi Rentan untuk Jangka Pendek

Pengamat ekonomi Aviliani menilai Jokowi dan Jusuf Kalla memiliki karakteristik yang sama yaitu bersifat pragmatis.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Mei 2014, 16:47 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2014, 16:47 WIB
Di Hadapan Jokowi, JK Ngaku Presiden
Jokowi dan JK secara kebetulan bertemu di Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (3/5/2014) pagi. Keduanya akan berkunjung ke lokasi berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden dari Partai PDIP, Joko Widodo resmi mendeklarasikan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 9 Juli 2014.

Pangamat Ekonomi Aviliani menilai dipilihnya JK untuk bersanding dengan Joko Widodo akan menimbulkan kerentanan terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.

Aviliani menilai Jokowi dan Jusuf Kalla memiliki karakteristik yang sama yaitu bersifat pragmatis. Dengan begitu maka perlu ada satu sosok yang mempu menjaga kesinambungan antara keduanya.

"Kalau pragmatis itu kan berbahayanya dalam jangka pendek, jadi harus ada menteri yang bisa menyinggungkan dengan rencana Bappenas. Karena kalau tidak, nanti short term ini bisa malah berbahaya, dan efektnya juga ke jangka panjang," kata Aviliani saat ditemui di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (19/5/2014).

Namun meski begitu, di sisi lain, sisi positif dari pasangan keduanya adalah menenangkan investor mengingat JK bukalah sosok yang asing di mata mereka dan di dunia politik.

"Tapi saya rasa dengan pak JK, investor lebih tenang, karena kalau misalnya orang baru, mungkin tidak begitu kenal, jadi agak khawatir," kata dia.

Tidak hanya mengomentari dipilihnya JK sebagai cawapres Jokowi, Aviliani juga menilai dipilihnya Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo hal itu juga memiliki dampak positif.

Salah satu yang memberikan kepastian dengan keberadaan Hatta akan memperkuat pembangunan infrastruktur negara mengingat pengalaman Hatta selama menjadi Menko Perekonomian.

"Bahkan MP3EI bisa berjalan, di mana menurut semua orang dan kita, itu cukup penting, cuma impelmentasinya saja yang harus lebih digenjot," pungkas Aviliani. (Yas/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya