FKKSK Gelar Rapat Soal The Fed

BI melihat ada ruang bagi pertumbuhan ekonomi China untuk tumbuh sehingga berdampak pada ekonomi Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Jul 2014, 14:22 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2014, 14:22 WIB
3-agus-marto-kpk-131002b.jpg
Usai diperiksa, Agus Martowardojo memberikan keterangan pada media (Liputan6.com/ Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Tiga bulan berlalu atau pada April 2014, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Hari ini, lembaga-lembaga tersebut kembali berkumpul untuk membahas perkembangan ekonomi terkini.

Dari pantauan Liputan6.com, Kamis (17/7/2014), gedung Kementerian Keuangan mulai ramai dengan kehadiran para pejabat dari kementerian dan lembaga terkait. Telah hadir Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Kepala Eksekutif LPS Kartika Wirjoatmodjo, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, serta Menteri Keuangan Chatib Basri.

Saat ditemui sebelum rapat, Agus Martowardojo mengatakan, rapat koordinasi tiga bulanan hari ini akan membahas secara umum tentang perkembangan dan prospek ekonomi dunia maupun Indonesia, serta mengkaji stabilitas sistem keuangan.

"Saya, Menkeu, Chairman LPS, Chairman OJK akan menyampaikan pandangannya masing-masing soal ekonomi ini, lalu menyimpulkannya," terang dia.

Secara spesifik, Agus menyebut diskusi akan mengerucut pada persoalan normalisasi moneter Federal Reserve (The Fed), rebalancing ekonomi di China, utang luar negeri, balance of payment serta fiskal Indonesia.

"Terkait rebalancing ekonomi di China kami sudah mengantisipasinya lama karena diperkirakan akan ada perlambatan ekonomi pada lima tahun ke depan di China dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 7,5 persen. Sebelumnya selama 20 tahun, ekonominya bertumbuh di atas 10 persen," jelas dia.

Namun sambung Agus, BI melihat ada ruang bagi pertumbuhan ekonomi China untuk tumbuh sehingga akan berdampak pada ekonomi Indonesia. "Di kuartal II lalu, menduga pertumbuhan ekonomi Tiongkok 7,4 persen, tapi ternyata hasilnya 7,5 persen. Ini membawa suasana baik dari luar ke Indonesia," tuturnya.

Hanya saja, Agus mengimbau agar Indonesia mewaspadai rencana kenaikan suku bunga acuan (Fed Rate) pada tahun depan. "Memang ada perbaikan ekonomi di Amerika Serikat (AS), tapu semua analis dan pengamat memperkirakaan Fed Fund Rate akan naik di kisaran kuartal III 2015. Tapi kapanpun naiknya, kita harus persiapkan diri," harap dia. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya