Utang China Melonjak Dua Kali Lipat dari Pendapatannya

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, China kini tengah berhadapan dengan jumlah utang yang sangat masif.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 22 Jul 2014, 16:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2014, 16:00 WIB
Masyarakat Cina Enggan Beli Mobil Asal Jepang
masyarakat China memilih mobil buatan pabrikan asal Jerman yang memiliki harga lebih terjangkau dibanding mobil Eropa atau Amerika.

Liputan6.com, Beijing - Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, China kini tengah berhadapan dengan jumlah utang yang sangat masif.

Utang China melonjak hingga lebih dari dua kali lipat dipicu kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam menyeimbangkan pertumbuhan dengan risiko penggelembungan pada perekonomiannya.

Mengutip laman CNBC, Selasa (22/7/2014), total pinjaman keuangan China melonjak 251 persen dari produk domestik brutonya (PDB). Peningkatan tersebut terjadi dari utang sebesar 147 persen di akhir 2008.

"Ekonomi China akan terus bergoyang dan pasar keuangannya tercatat tetap mengkhawatirkan," ungkap Kepala Ekonom Standard Chartered China Stephen Green.

Mengacu pada laporan keuangannya, pemerintah lokal China saja memiliki total utang hingga US$ 3 triliun pada akhir Juni 2013.

Sejak krisis finansial 2008, China telah terlibat pinjaman dalam jumlah besar untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonominya.

Tapi tingkat pertumbuhan kreditnya telah memicu kekhawatiran di kalangan para investor mengingat banyak negara lain mengalami krisi karena terjerat utang.

Akibatnya, pemerintah China kini tengah menghadapi tugas yang sulit untuk mencoba melambatkan pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih stabil dan berkelanjutan. Semua itu harus dilakukan tanpa dampak negatif hingga perekonomian tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan yang dirancang untuk menstimulasi perekonomian China. Langkah kebijakan yang diambil di antaranya memangkas ketentuan rasio cadangan devisa di sejumlah bank guna menyediakan pinjaman di bidang pertanian.

Meski demikian, banyak analis yang masih mengkhawatirkan pertumbuhan kredit dan risikonya terhadap kesehatan perekonomian China.

"Masyarakat mengabaikan banyak risiko di China, lihat pasar properti, amati betapa cepatnya utang negatif yang mengalir dalam sistem finansial sektor tersebut," ungkap Kepala China Equities di Bank of America Merrill Lynch, David Cui.

Meski demikian, perbandingan utang China terhadap PDB-nya masih lebih rendah dibandingkan sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

AS memiliki rasio utang terhadap PBD sekitar 260 persen pada akhir tahun lalu. Sementara rasio utang Inggris mencapai 277 persen dapat setahun. (Sis/Nrm)
 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya