Paling Murah dari 3 Negara, Harga BBM Bersubsidi Harus Naik

Tim transisi ekonomi Jokowi-JK menuturkan, hanya 18 negara yang memberikan subsidi energi, dan itu negara kaya dan dipimpin seorang otoriter

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Sep 2014, 19:18 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2014, 19:18 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Transisi Ekonomi Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Wijayanto Samirin menyebut pemerintah harus segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya, dibandingkan dengan tiga negara yakni India, Turki dan Filipina, harga BBM di Indonesia masuk kategori murah.

"Jika dikonversi ke US$, harga BBM subsidi jenis premium di Indonesia sebesar US$ 0,6 per liter atau termasuk rendah dibanding negara lain. Misalnya di India sekira US$ 1,33 per liter, Filiphina US$ 1,29 per liter dan Turki US$ 2,06 per liter," kata Co-Founder and Managing Director Paramadina Public Policy Institute Wijayanto di Jakarta, Minggu (7/9/2014).

Dengan melihat kondisi ini, Wijayanto mendesak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM subsidi di sisa masa jabatannya. Dia mengusulkan penyesuaian harga BBM sekira Rp 1.500-Rp 3.000 per liter.

"Memang berat jika dinaikkan Rp 1.500-Rp 3.000 per liter, tapi imbasnya akan memberikan kesejahteraan dalam jangka panjang. Jangka menengahnya meningkatkan pendidikan, kesehatan dan menciptakan lapangan kerja. Jadi uangnya nggak buat beli rokok," terangnya.

Wijayanto menjelaskan, pemberian subsidi BBM biasa dilakukan oleh negara yang terkenal kaya dengan sumber minyak dan menganut sistem otoriter. Sementara Indonesia tidak memiliki keduanya, sehingga tak tepat bila diterapkan di negara ini.

"Dari 200 negara di dunia, hanya 18 negara yang memberikan subsidi. Negara yang memberi subsidi BBM adalah negara kaya minyak dan dipimpin oleh pemimpin otoriter. Padahal Indonesia tidak kaya minyak dan tidak otoriter," cetusnya.

Lalu apa yang terjadi? Kata dia, subsidi BBM di Indonesia selama ini salah sasaran. Subsidi BBM hanya dinikmati oleh masyarakat ekonomi mampu.

"Subsidi kan diberikan untuk membantu rakyat miskin, bukan orang kaya. Dulu kita utang untuk beli BBM, tapi kini utang lagi buat bayar bunga pinjaman. Ini kan pola hidup yang salah dan harus segera dibenahi," tukas Wijayanto. (Fik/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya