Jokowi Diyakini Bisa Tarik Investasi Tumbuh 18% Tahun Depan

BKPM yakin tahun depan menjadi momentum yang ekstra positif karena keberadaan pemerintah baru akan menumbuhan investasi di Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Okt 2014, 14:40 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2014, 14:40 WIB
Jokowi
Jokowi (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Realisasi investasi pada periode Januari-September 2014 tercatat mencapai Rp 342,7 triliun atau tumbuh 16,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 293,9 triliun.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan dengan pencapaian ini, dirinya menargetkan pada tahun depan pertumbuhan investasi akan mencapai 18 persen.

"Dengan kinerja semacam ini akan memberikan optimisme kepada kami. Tentu kami berharap tahun depan menjadi momentum yang ekstra positif karena keberadaan pemerintah baru akan menumbuhan ekspektasi dan harapan baru dengan program yang kuat. Sehingga pada tahun depan ditargetkan antara 15 persen-18 persen juga akan tercapai," ujarnya di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2014).

Dia menjelaskan, selama periode Januari-September 2014, untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) telah mencapai Rp 114,4 triliun atau meningkat 21,6 persen.

Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 228,3 triliun atau meningkat 14,6 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

Untuk realisasi PMDN, sektor usaha listirk, gas dan air menjadi penyumbang investasi terbesar yaitu mencapai Rp 34 triliun. Kemudian diikuti industri makanan Rp 14 triliun, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 9,8 triliun, perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp 9,6 triliun, serta industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi Rp 9 triliun.

Realisasi PMDN ini tersebar di beberapa lokasi utama seperti di Jawa Timur sebesar Rp 29,7 triliun, Jawa Barat Rp 13,8 triliun, Kalimantan Timur Rp 10,9 triliun, DKI Jakarta Rp 10,5 triliun dan Jawa Tengah Rp 10,2 triliun.

Sedangkan untuk realisasi PMA, sektor pertambangan menjadi penyumbang investasi terbesar yaitu mencapai US$ 3,8 miliar, transportasi, gudang dan telekomunikasi US$ 2,8 miliar, industri makanan US$ 2,5 miliar, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi US$ 2 miliar, serta tanaman pangan dan perkebunan US$ 1,6 miliar.

Realisasi PMA ini tersebar dibeberapa wilayat antara lain Jawa Barat US$ 4,7 miliar, DKI Jakarta US$ 3,6 miliar, Kalimantan Timur US$ 1,9 miliar, Banten US$ 1,5 miliar dan Jawa Timur US$ 1,5 miliar.

"Secara total, realisasi investasi periode Januari-September 2014 di Pulau Jawa sebesar Rp 193,3 triliun atau sebesar 56,4 persen. Sedangkan di luar Pulau Jawa sebesar Rp 149,4 triliun atau 43,6 persen," katanya.

Sedangkan untuk 5 besar asal negara investor, khususnya pada PMA, Singapura masih menjadi penyumbang utama investasi yaitu sebesar US$ 4,9 miliar, disusul Jepang US$ 2 miliar, Belanda US$ 1,5 miliar, Inggris US$ 1,4 miliar, dan Malaysia US$ 1 miliar.

"Sebenarnya banyak investor asal Amerika Serikat, tetapi kita perlu hati-hati dalam menghitungnya. Banyak perusahaan yang pemilik utama milik Amerika tetapi aliran dananya masuk melalui Singapura. Maka yang kita catat itu dari aliran dananya, bukan pemilik sahamnya," tandas dia. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya