Dolar Perkasa Dorong Harga Minyak Turun

Dolar AS kembali menguat seiring krisis keuangan Yunani dan meningkatnya dorongan tentang penghematan di Spanyol yang menekan Euro.

oleh Nurmayanti diperbarui 27 Mei 2015, 06:20 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2015, 06:20 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia susut hampir 3 persen pada Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dipicu penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran tentang produksi minyak di negara ini.

Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Juli turun US$ 1,80 (2,75 persen) menetap di posisi US$ 63,72 per barel, di ICE Futures Europe.

Sementara harga West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,69 (2,83 persen) ke posisi US$ 58,03 per barel, setelah sempat diperdagangkan pada posisi terendah di US$ 57,71 per barel, di New York Mercantile Exchange.

"Faktor utama yang membebani harga minyak adalah penguatan dolar AS," kata Analis Commerzbank Carsten Fritsch, melansir laman Reuters.

Dolar AS kembali menguat seiring krisis keuangan Yunani dan meningkatnya dorongan tentang penghematan di Spanyol  yang menekan mata uang Euro.

"Tekanan kekuatan dolar pada minyak ada pada kekhawatiran tentang kemampuan Yunani membayar utangnya dan Federal Reserve AS yang kemungkinan menjadi lebih dekat untuk menaikkan suku bunganya," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Penguatan dolar membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya, dan cenderung membebani harga minyak.

Penurunan harga minyak juga dipicu kemungkinan terhentinya penurunan aktivitas pengeboran di AS yang telah berlangsung selama 23 minggu.

Kembali dibukanya pengeboran di Amerika Serikat akan mengurangi pengetatan pasar minyak dalam beberapa bulan mendatang. Ini menjadi salah satu faktor yang membantu Brent naik dari posisi terendah dalam enam tahun sebesar US$ 45 per barel pada Januari.(Nrm/Igw)

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya