Harga Minyak Turun 3% di 2024, Anjlok Dua Tahun Berturut-turut

Harga minyak mentah kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan pasokan global yang meningkat, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Jan 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 08:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Harga minyak mentah Brent berjangka pada hari Selasa, hari perdagangan terakhir 2024, ditutup naik 65 sen atau 0,88% menjadi USD 74,64 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun sekitar 3% sepanjang perdagangan tahun 2024, dan membukukan pelemahan untuk tahun kedua berturut-turut.

Pendorong merosotnya harga minyak dunia ini karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok yang menjadi importir utama minyak tak kunjung pulih, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak pasokan minyak mentah ke pasar global.

Mengutip CNBC, Kamis (2/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka pada hari Selasa, hari perdagangan terakhir 2024, ditutup naik 65 sen atau 0,88% menjadi USD 74,64 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 73 sen atau 1,03% menjadi USD 71,72 per barel.

Harga acuan Brent ditutup turun sekitar 3% dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD 77,04. Sementara harga WTI hampir tidak berubah dengan harga penutupan akhir tahun lalu.

Pada September, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi meningkat dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 mulai mereda.

Prospek 2025

Harga minyak mentah kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada tahun 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan pasokan global yang meningkat, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.

Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2024 dan 2025.

IEA melihat pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang harga yang turun.

Produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan pada Selasa kemarin.

Menurut IEA, produksi akan naik ke rekor baru 13,52 juta barel per hari tahun ini.

 

Sentimen 2025

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Investor akan mencermati prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve untuk tahun 2025 setelah para pembuat kebijakan bank Fed bulan ini memproyeksikan jalur yang lebih lambat karena inflasi yang sangat tinggi.

Suku bunga yang lebih rendah umumnya memacu pertumbuhan ekonomi, yang mendorong permintaan energi.

Beberapa analis masih percaya pasokan dapat mengetat tahun depan tergantung pada kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, termasuk kebijakan sanksi. Dia telah menyerukan gencatan senjata segera dalam perang Rusia-Ukraina, dan dia dapat memberlakukan kembali apa yang disebut kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran, yang dapat memiliki implikasi besar bagi pasar minyak.

"Dengan kemungkinan sanksi yang lebih ketat terhadap minyak Iran dengan datangnya Trump bulan depan, kami melihat pasar minyak yang jauh lebih ketat memasuki tahun baru," kata Phil Flynn, analis senior untuk Price Futures Group.

Aktivitas manufaktur Tiongkok meningkat selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Desember, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, yang menunjukkan bahwa stimulus baru membantu mendukung ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

 

Konflik Timur Tengah

Mendongkrak harga pada hari Selasa, militer AS mengatakan pihaknya melakukan serangan terhadap target Houthi di Sanaa dan lokasi pesisir di Yaman pada hari Senin dan Selasa.

Kelompok militan yang didukung Iran tersebut telah menyerang pengiriman komersial di Laut Merah selama lebih dari setahun sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di tengah perang Israel selama setahun di Gaza, yang mengancam aliran minyak global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya