Indonesia Akan Jadi Importir Gas

Masyarakat global kini mulai menyadari perlunya energi yang lebih ramah lingkungan, seperti gas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jun 2015, 11:05 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2015, 11:05 WIB
Pertagas, SKG Tegalgede.
Pertagas, SKG Tegalgede.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita mengenai Indonesia sebagai negara kaya akan sumber gas mungkin akan menjadi sejarah. Pasalnya, produksi gas nasional terus mengalami penurunan. Padahal, kebutuhan akan gas di Indonesia terus meningkat. 

Direktur Energi Baru dan Terbarukan PT Pertamina (Persero), Yenni Andayani mengatakan, Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gas terbesar di dunia. Namun itu cerita masa lalu. Di masa depan, Indonesia akan menjadi importir gas.

"Hal ini bisa terjadi selain karena faktor kondisi supply and demand, juga karena arah kebijakan dalam negeri yang mendorong dominasi pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik," kata Yenni, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (7/6/2015).

Yenni mengungkapkan, dari sisi demand, kebutuhan akan gas dalam negeri terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya proyek kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) yang mengutamakan gas dan batu bara sebagai bahan bakar.

"Selain itu juga meningkatnya permintaan sektor industri seiring laju pertumbuhan ekonomi serta sektor rumah tangga dan transportasi yang juga membutuhkan gas," tambah Yenni.

Masyarakat global kini mulai menyadari perlunya energi yang lebih ramah lingkungan, seperti gas. Sebagian negara telah mengalihkan penggunaan batu bara dan nuklir ke gas sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik.

“Penggunaan batu bara mulai dikurangi, meski saat ini harga batu bara lebih murah. Ke depan, batu bara mungkin lebih mahal karena ada carbon tax dari emisi karbon,” jelasnnya.

Di sisi lain yaitu pasokan. Indonesia belum memiliki temuan lapangan gas baru yang memiliki cadangan sangat besar seperti di Bontang Kalimantan Timur, Arun Aceh, atau Tangguh Papua. “Harapan kami ada pada lapangan di Blok Cepu dan Jambaran Tiung Biru. Namun itu pun sepertinya belum cukup," ungkap Yenni.

Dengan situasi tersebut, kebijakan impor harus ditempuh dan itu bisa saja terjadi karena yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan gas dalam negeri ini bisa terpenuhi dengan baik. “Kami semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun jika tidak mencukupi tentunya kami harus mencari sumber lainnya,” pungkasnya. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya