Keluar dari Daftar Penopang Dana Teroris, Investasi RI Bakal Naik

Negara lain tak merasa khawatir dengan Indonesia yang dihapuskan dari daftar financial action task force on money (FATF).

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 28 Jun 2015, 11:30 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2015, 11:30 WIB
Ilustrasi Pencucian Uang
Ilustrasi Pencucian Uang (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah dihapus dalam daftar Financial Action Task Force on Money (FATF) atau dari daftar negara yang diduga menampung dan mencuci dana para teroris akan membawa keuntungan bagi ekonomi Indonesia.

Dirjen Multilateral Kementerian Luar Negeri, Hasan Kleib mengatakan, keuntungan salah satunya adalah bisa menyehatkan dunia perbankan Indonesia.

"Waktu masih masuk dalam daftar list (grey area) itu, nama Indonesia dilihat semua negara anggota PBB yang perbankannya rawan. Uangnya dari sumber mana. Tentu dengan dihapus dari daftar list FATF, maka negara-negara lain tak merasa khawatir. Negara akan merasa nyaman dan percaya diri memutarkan uangnya di Indonesia," tutur Hasan, yang ditulis Minggu (28/6/2015).

Sementara itu, menurut Ketua PPATK, M. Yusuf, sudah ada 200.000-300.000 per hari yang menandakan kepercayaan negara-negara kepada perbankan Indonesia. Dia pun berharap kesehatan perbankan ini juga terus naik.

"Ini salah satu bentuk pengakuan negara-negara lain Indonesia. Intinya bagaimana menjaga komitmen dan menjaga pertumbuhan ini terus," tutur Yusuf.

Yusuf juga menuturkan, penghapusan dari daftar FATF bakal mendorong kenaikan investasi di Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun tengah berupaya keras meningkatkan investasi Indonesia.

"Dengan dihapusnya dari FATF, Indonesia bisa berperan dalam mendorong investasi, transaksi bilateral dan resiprokal. Selain itu, Indonesia bisa memproklamirkan kepada dunia tentang terjaganya kualitasnya, integritas sistem keuangan Indonesia sehingga sistem keuangan nasional kita tidak bisa dijadikan sarana maupun sasaran kejahatan," pungkas Yusuf.

Sebelumnya tim FATF telah meninjau langsung ke Indonesia pada 11-12 Mei 2015 di Jakarta. Tim tersebut melihat apa saja yang dikerjakan sebagai bentuk komitmen pemberantasan pencucian uang dan pendanaan teroris. (Putu M/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya