Liputan6.com, Jakarta - Prediksi gagal bayar utang dari pemerintah Yunani kepada Dana Moneter Fund (IMF) sudah berlangsung sejak lama. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi kasus ini akan memberi dampak cukup besar terhadap pasar keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Namun perekonomian Indonesia ‎yang diramalkan kembali menggeliat akan mampu menghadang dampak dari badai krisis Yunani.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad. Ia mengatakan, kondisi ini memang sangat berat bagi negara tersebut di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
Baca Juga
"Hampir semua pasar di seluruh dunia pasti akan kena, tapi semoga kita bisa bounch back dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujar Muliaman saat berbincang dengan wartawan usai acara Penandatanganan Kerjasama Literasi Keuangan di Daerah Terpencil di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (29/6/2015).
Advertisement
Muliaman menuturkan, perbankan Indonesia tidak akan mengalami kesulitan likuiditas akibat kasus gagal bayar tersebut. Lantaran kondisi tersebut hanya karena ekspektasi global terhadap apa yang terjadi di Yunani. Dia berharap, pemerintah mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II 2015 ini melalui penyerapan belanja negara.
"Sesuai keyakinan, ekonomi kita akan kembali menggeliat di semester II sehingga kita bisa melalui ini dengan baik. Kita berharap pemerintah sesegara mungkin merealisasikan belanja dan gaji ke-13," tutur dia.
Di sisi lain, Muliaman menjelaskan, sebagian perbankan telah melaporkan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang terjadi revisi ke bawah. Awalnya, sambung dia, bank optimistis memasang pertumbuhan kredit 16 persen-17 persen. Namun akhirnya dipangkas di kisaran 14 persen-15 persen.
"Saya kira akan terjadi sedikit penyesuaian. Tapi belum semuanya (bank) masuk, ini formasi pendahuluan saja. Penyesuaian ke bawah, detailnya nanti. Hampir semua bank besar sudah masuk, tinggal satu dua," papar dia.
‎
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK), sambung dia, juga terjadi penyesuaian lebih kecil. Tapi itu berarti likuiditas membaik, LDR menurun sehingga perbankan lebih sehat dan berlari kencang dengan struktur baru ini. "Jadi ini masuk keseimbangan baru," pungkas Muliaman. (Fik/Ahm)