Kekeringan Melanda, Desa Terancam Rawan Pangan

Bencana kekeringan yang melanda sejumlah desa di Indonesia menjadi perhatian serius Menteri Desa Marwan Jafar

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 28 Jul 2015, 18:43 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2015, 18:43 WIB
kering
Sawah yang mengering akibat kekeringan (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana kekeringan yang melanda sejumlah desa di Indonesia, menjadi perhatian serius Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa).  Kekeringan akan mengakibatkan terjadinya rawan pangan di desa-desa.

“Sejak beberapa bulan terakhir ini, saya terus memantau dan mengevaluasi dampak kekeringan yang terjadi di seluruh desa. Jajaran kementerian yang saya pimpin, diinstruksikan agar segera memberikan laporan terperinci desa-desa yang terkena dampak kekeringan dan mencari tahu solusi untuk mengatasinya,” ujar Menteri Desa Marwan Jafar Selasa (28/7/2015).

Selain memantau secara internal, Menteri Marwan juga memerintahkan agar segera melakukan koordinasi dengan kementerian terkait lainnya. Karena  persoalan bencana kekeringan di Indonesia, perlu kerja sama lintas kementerian. Misalnya dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait tata kelola alam. Kemudian Kementerian Pertanian terkait lahan pertanian.

“Saya yakin masyarakat kawasan tertinggal dan juga yang berada di pemukiman transmigrasi pasti sangat memerlukan bantuan akibat kekeringan tersebut,” ujar Menteri Marwan.

Dari hasil laporan sementara yang diterima melalui sosial media, pemberitaan media, call center dan informasi masyarakat yang menyampaikan langsung ke selulernya pribadinya, Marwan Jafar mengatakan, ada daerah kekeringan yang disebabkan oleh tata kelola air yang dimonopoli oleh industri.

Selain itu, ada juga yang disebabkan oleh tata kelola alam sehingga berdampak tidak berfungsinya serapan air.

“Hampir setiap hari saya menerima ratusan SMS (pesan pendek) yang masuk ke seluler pribadi, call center, bahkan sosmed di akun  pribadi dan kementerian. Aspirasi masyarakat dari penjuru negeri ini, saya langsung segera dicari tahu kebenarannya,” ujar Marwan.

Kebijakan tata kelola air dan alam, lanjut Marwan, merupakan solusi jangka panjang yang sudah harus dipikirkan sejak sekarang. Agar di masa mendatang bencana kekeringan sudah bisa diminimalisir.

“Kalau untuk saat ini, saya menyarankan agar segera dimaksimalkan penerapan irigasi, pompa-pompa air, dan memanfaatkan sumber-sumber mata air,”
jelasnya.

Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh kekeringan, kata Menteri Marwan, di Kabupaten Bekasi saja sejumlah warga sudah mengeluhkan sumur warga dan pertaniannya  mulai terancam kering. Dia sudah bisa menduga sejak awal menjadi Menteri, dan kemudian melihat dan mendengarkan langsung keluhan warga.

“Kawasan-kawasan Industri setempat memungkinkan menyedot air tanah untuk menjalankan produksinya. Sehingga air tanah warga untuk kebutuhan rumah tangga dan pertaniannya tidak lagi terpenuhi. Ini yang saya maksud perlunya tata kelola air antara industri dengan hajat hidup masyarakat yang juga punya hak memanfaatkan air,” ungkap Marwan. (Tnt/Ndw)

Untuk itu, kata Menteri Marwan lagi, pihak industri agar tidak tinggal diam dengan membiarkan kekeringan melanda perdesaan di wilayahnya.
Pihak swasta juga harus ikut bertanggung jawab dan terlibat agar kekeringan tidak meluas ke desa lainnya.  “Ada dana-dana pembedayaan
masyarakat di perusahaan dalam bentuk CSR (Corporate Social Responbilty) yang bisa disalurkan untuk pemenuhan sarana dan prasarana
mengatasi kekeringan,” ujarnya. (Tnt/Ndw)

Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan mengabaikan informasi yang menyesatkan tersebut.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya