Liputan6.com, London - Harga minyak kembali menguat pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen yang mendorong penguatan harga minyak setelah sebelumnya mengalami tekanan selama berhari-hari adalah pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral China.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (26/8/2015), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Oktober ditutup naik US$ 1,07 atau 2,8 persen menjadi US$ 39,31 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan minyak jenis Brent yang merupakan patokan untuk penjualan global, naik 51 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 43,21 per barel di ICE Futures Europe.
Sebelumnya, harga kedua jenis minyak mentah tersebut telah jatuh ke posisi terendah dalam enam tahun terakhir karena aksi jual dari para pelaku pasar karena adanya sentimen negatif dari perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan juga pasokan yang berlebih.
The People’s Bank of China atau Bank Sentral China telah menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,6 persen dari sebelumnya yang berada di level 4,85 persen.
Direktur Riset Komoditas ClipperData, Matt Smith menjelaskan, perlambatan ekonomi China telah menjadi sentimen yang cukup besar bagi pasar minyak. Pasalnya, China merupakan negara konsumen minyak terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
"Apa yang dilakukan oleh otoritas China tersebut dipandang sebagai aksi yang kredibel yang akan membantu pasar," jelas Analis Pasar Energy Aspects, Amrita Sen. Namun memang, saat ini harga minyak masih akan sangat tergantung kepada permintaan dan penawaran.
jika permintaan tak berkembang sedangkan penawaran terus membludak maka harga minyak dipastikan akan terus berada di level yang rendah.
Ekspektasi yang ada di pasar saat ini adalah dengan pemotongan suku bunga tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara Tirai Bambu tersebut sehingga bisa ikut meningkatkan permintaan minyak untuk mendorong industri. (Gdn/Ndw)
China Pangkas Suku Bunga, Harga Minyak Kembali Menguat
Minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Oktober ditutup naik US$ 1,07 atau 2,8 persen menjadi US$ 39,31 per barel.
diperbarui 26 Agu 2015, 05:00 WIBDiterbitkan 26 Agu 2015, 05:00 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Top 3: Zodiak yang Bakal Untung Besar di 2025 Menurut Ramalan Baba Vanga
Video Hoaks Sepekan: Buaya Masuk Rumah Warga Saat Banjir di Babelan hingga Menara Burj Khalifa Kebakaran
Cara Ampuh Mengatasi Aplikasi YouTube Usang di Android dan iOS, Bagaimana?
Arti dari Allahumma Barik: Makna dan Penggunaan Doa Ini dalam Islam
Mengenal Distribusi Pupuk Bersubsidi: Terintegrasi dan Transparan
Kembangkan Mikroprotein dari Air Rebusan Kedelai, Dosen UGM Raih Penghargaan Hitachi Award
Jennifer Coppen Takut Mati Setelah Dali Wassink Meninggal: Nanti Anak Aku Sama Siapa?
6 Bumbu Lodeh, Rahasia Kelezatan Sayur Berkuah Santan Khas Nusantara
Manchester City dan Ederson Siap Bercerai Musim Panas Mendatang
Resep Sayur Bobor Bayam: Hidangan Tradisional yang Lezat dan Bergizi
Kemenag Perketat Asuransi Travel Umrah untuk Jamin Layanan Kesehatan Jemaah
Fakta-Fakta Kebakaran Gedung Kementerian ATR/BPN, Berasal dari Ruang Humas dan Banyak Arsip Hangus