7 Alasan Bikin Rupiah Dapat Tembus 12.500 per Dolar AS

Sentimen bank sentral Amerika Serikat (AS) dan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah jadi sentimen positif untuk rupiah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Okt 2015, 11:45 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2015, 11:45 WIB
20151009-Dollar-Turun
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menemukan titik keseimbangan baru di level 12.500 per dolar AS. Keseimbangan baru itu akan bertahan paling tidak hingga akhir tahun 2015.

Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Politik Universitas Nasional (Unas), Yuddy Chrisnandi menyampaikan hal tersebut. Ia mengatakan, ada tujuh faktor yang dapat menjadi dasar mengapa rupiah akan melanjutkan tren penguatannya.

Pertama, kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada kuartal III dan IV diperkirakan tertunda setelah beberapa indikator ekonomi AS belum sesuai sasaran.

"‎Yang paling signifikan, paket kebijakan ekonomi Indonesia yang pro pasar investasi," tegas Yuddy seperti ditulis, Senin (12/10/2015).

Kebijakan yang pro investasi tersebut menyebabkan investasi asing untuk menanamkan dananya di Indonesia semakin yakin, alhasil persediaan valuta asing (valas) dalam negeri meningkat. Tidak hanya itu, rencana pengumuman paket kebijakan jilid IV oleh pemerintah sendiri akan menjadi sentimen lanjutan penguatan rupiah.

Ketiga, ‎menurut Yuddy, sentimen positif pelaku dunia usaha terhadap kesungguhan kerja pemerintah, khususnya komitmen Jokowi dalam menjaga dan meningkatkan kegiatan ekonomi di dalam negeri. Hal itu juga terlihat langkah-langkah Jokowi dalam meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Keempat, masa-masa kewajiban pemerintah dan swasta dalam membayarkan utang luar negeri mereka pada 2015 sudah ‎berlalu. Dengan begitu, sentimen ini akan mulai mereda hingga akhir tahun nanti.‎

"Jadi, relatif sudah mau tutup tahun buku, sehingga tidak diperlukan dolar Amerika Serikat dalam jumlah besar," tegas Yuddy.

Yuddy mengatakan, faktor ke lima yaitu ‎insentif pajak yang diberikan pemerintah kepada pelaku ekonomi itu membuat struktur modal untuk aktifitas ekonomi yang digerakkan industri mengalami penguatan.‎

Keenam, realisasi implementasi investasi pemerintah sudah berjalan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya penyerapan anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah hingga awal Oktober 2015.

"Dan untuk yang ke tujuh, yang paling penting adalah modal utama pembangunan‎ stabilitas politik untuk saat ini sudah mantap, karena tanpa ada pengaruh politik, semua itu tidak akan berjalan mulus," terangnya. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya