Ketua Tim Ahli Wapres : Apa Gunanya Harga Premium Turun?

Ketua Tim Ahli Wapres, Sofjan Wanandi melihat kalau harga premium turun bukan untuk produktivitas tetapi konsumsi kendaraan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Okt 2015, 07:45 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 07:45 WIB
20151008-Solar turun-Jakarta
Petugas mengisi BBM jenis solar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar turun, pemerintah juga didesak menerapkan kebijakan serupa untuk Premium. Harga BBM RON 88 ini dinilai pantas turun seiring penguatan nilai tukar rupiah dan masih rendahnya harga jual minyak dunia.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi menentang penurunan harga Premium dalam paket kebijakan ekonomi selanjutnya. Dia menganggap, penggunaan Premium hanya bersifat konsumtif bukan untuk sesuatu yang produktif, apalagi membuka lapangan kerja untuk rakyat Indonesia.

"Kalau Premium diturunkan, itu bukan untuk produktivitas. Tapi Premium lebih banyak dikonsumsi kendaraan, cuma akan jadi asap saja. Semuanya konsumtif, tidak memberikan pekerjaan kepada rakyat kita. Jadi apa gunanya diturunkan," tegas dia saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, seperti ditulis Selasa (13/10/2015).  

Ketika ditanyakan kepastian mengenai kemungkinan harga Premium turun, Sofjan menjawab diplomatis dan tetap memberi sinyal penolakan kebijakan tersebut.

"Saya tidak tahu itu, mungkin saja. Yang pasti saya merasa, itu (harga Premium turun) bukan sesuatu yang produktif jika mau memberi pekerjaan untuk rakyat kita," tegas Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) itu. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya