Negara Tekor Rp 250 Triliun Tiap Tahun Gara-gara Impor BBM

Penggunaan mobil listrik dapat menjadi alternatif untuk mengurangi keterangannya impor BBM. Selain itu, kendaraan listrik juga lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil.

oleh Tim Bisnis diperbarui 12 Feb 2025, 17:42 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2025, 15:45 WIB
Pertamina Mulai Sediakan Solar Campur Minyak Sawit
Petugas mengisi BBM kendaraan konsumen di SPBU milik Pertamina di kawasan Jakarta, Selasa (26/11/2019). Implementasi penyediaan solar dengan minyak kelapa sawit sebesar 30% atau B30 lebih cepat satu bulan, dibanding kebijakan pemerintah yang mewajibkan 1 Januari 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun memiliki kekayaan minyak dan gas bumi (migas) yang sangat besar. Ternyata Indonesia masih ketergantungan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari luar negeri. Sebanyak 60 persen BBM yang dipasarnya di Indonesia ternyata berasal dari impor.

Hal tersebut diungkap oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastuktur Dasar Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK), Rachmat Kaimuddin. Adapun realisasi anggaran untuk impor BBM hingga Rp 250 triliun per tahun.

"Kita hari ini mengimpor 60 persen dari oil kita, diimpor. Kita hitung rata-ratanya selama lima tahun, kira-kira kita spend (pengeluaran) Rp 250 triliun setiap tahun," ujarnya dalam acara Strategic Forum Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional di Menara Danareksa, Jakarta, Rabu (12/2/2025).

Anggaran untuk impor BBM tersebut cukup membebani neraca dagang Indonesia. Ironisnya anggaran jumbo tersebut masih belum tepat sasaran.

Laporan Bank Dunia (World Bank) menyebutkan, program subsidi BBM hanya 11 persen dinikmati kelompok masyarakat di desil 1-5. Sementara sisa pengguna BBM dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu.

"Jadi memang ada mismatch (ketidaksesuaian) dari subsidi dan tingkat ekonomi masyarakat," ungkapnya.

Tak cuma itu, dampak lain dari penggunaan BBM berbasis fosil adalah membawa dampak buruk bagi polusi udara. Khususnya di saat musim kemarau.

"Yang juga tidak kalah menariknya, terutama buat kita-kita yang di Jakarta, kalau di musim kemarau, polusi udara yang buruk, itu kita juga sudah lihat data-datanya sekitar 40 sampai 60 persen polusi udara itu bersumber dari emisi exhaust, asap knalpot," beber dia.

Penggunaan Mobil Listrik

Rachmat menyebut penggunaan mobil listrik dapat menjadi alternatif untuk mengurangi keterangannya impor BBM. Selain itu, kendaraan listrik juga lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil.

"Nah, oleh karena itu kita merasa mendorong ekosistem generalisasi ini cocok untuk Indonesia. Tapi kita juga perlu memastikan bahwa kita tidak hanya berpikir penggunaannya. Bahwa orang-orang Indonesia banyak yang berpindah ke EV (kendaraan listrik)," ucapnya.

Pemerintah sendiri telah memberikan sejumlah insentif untuk mendorong pembelian kendaraan listrik. Namun, insentif ini hanya berlaku bagi produsen kendaraan listrik yang telah memenuhi ketentuan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

"Untuk beberapa tahun ini, kita berikan demand side insentif. Mobil, kita berikan insentif PPN di tanggung pemerintah 10 persem. Tapi syaratnya hanya yang punya TKDN atau ada nilai tambah di Indonesia sesuai peraturan Kemenperin, yaitu 40 persen," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Setop Impor BBM 2029, Prabowo Target Lifting Minyak 1 Juta Barel di 2028

Tiga Kemungkinan Penyebab Pertalite Bikin Boros BBM
Ilustrasi sepeda motor sedang mengisi BBM di SPBU Pertamina (Istimewa)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan komitmennya untuk mencapai target swasembada energi nasional. Salah satu langkah ambisiusnya adalah meningkatkan lifting minyak hingga mencapai 1 juta barel per hari (bopd) pada 2028.

Dengan pencapaian tersebut, Indonesia diharapkan tidak lagi mengimpor bahan bakar minyak (BBM) pada 2029.

Komitmen ini pertama kali disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang mengaku menerima arahan langsung dari Presiden di kediamannya di Hambalang, Bogor.

"Kami targetkan, sesuai arahan Presiden, lifting minyak harus mencapai 1 juta barel per hari pada 2028-2029, agar kita tidak lagi mengimpor minyak pada 2029," ungkap Bahlil dalam acara Puncak HUT Ke-65 Ormas MKGR 2025, Selasa (21/1/2025).

Lifting Minyak Nasional Masih Jauh dari Ideal

Pertamina Hulu Rokan
Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan, sebagai kontraktor kerja sama (KKS) Hulu Migas yang beroperasi di 7 kabupaten/kota di provinsi Riau mencatatkan lifting minyak hingga akhir tahun 2024 mencapai 58 juta barel selama tahun 2024. (Dok Pertamina)... Selengkapnya

Saat ini, Bahlil mengungkapkan bahwa lifting minyak nasional masih jauh dari target yang diharapkan. Produksi minyak terus mengalami penurunan, dari 600 ribu barel per hari menjadi 590 ribu barel per hari pada Desember 2024.

Kondisi ini membuat Indonesia sangat bergantung pada impor BBM. Pemerintah bahkan harus mengalokasikan anggaran hingga Rp500 triliun setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan BBM.

"Konsumsi kita sekarang mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sehingga kita masih harus mengimpor sekitar 1 juta barel per hari," jelas Bahlil.

Ia juga menambahkan bahwa ketergantungan pada impor BBM menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya