Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan potensi kekurangan penerimaan pajak hingga akhir tahun bisa membengkak hingga Rp 150 triliun. Direktur Jenderal Pajak Sigit Priadi Pramudito mengatakan, nilai tersebut setelah mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"Awal Juli Rp 120 triliun. Tapi melihat pertumbuhan ekonomi terus turun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, mungkin kekurangan penerimaan pajak naik jadi Rp 150 triliun," kata dia di Jakarta, Rabu (21/10/2015).
Dia menuturkan, kekurangan penerimaan ini akan berpengaruh pada defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun begitu, pihaknya menuturkan pemerintah telah menyiapkan langkah untuk menggenjot penerimaan. "Pemerintah sudah melakukan mitigasi, pembiayaan, melalui penjualan sukuk, SUN, pinjaman," tuturnya.
Lebih lanjut, DJP sendiri akan mendorong pemanfaatan IT untuk menutup kekurangan pajak. Lalu, mengupayakan penambahan objek pajak. "Kami tetap lakukan reinventing policy dengan data yang ada, dengan IT yang canggih, ditambah dengan kebijakan-kebijakan khusus ada semacam penambahan objek untuk PPh final, PPN final," ujarnya.
Tak sekadar itu, DJP juga mengupayakan tambahan personil untuk mendorong penerimaan pajak. "Tahun ini bertambah 10 kantor, dan tahun depan sudah dapat persetujuan dari sana 20 kantor, pegawai tiap tahun kita bisa dapatkan tambahannya sampai 4.000 pegawai jadi memang itu yang harus dilakukan," tandas dia.
Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR RI meminta kepada pemerintah untuk segera melaksanakan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Alasannya, kebijakan ini merupakan jalan keluar paling instan untuk mengejar target penerimaan pajak Rp 1.224 triliun pada tahun ini.
"Tax amnesty harus diimplementasikan tahun ini. Karena penerimaan pajak yang terealisasi baru 53 persen sampai sekarang, padahal tinggal 3 bulan lagi. Jadi tax amnesty jadi salah satu alternatif saat terbatasnya waktu. Masa kita mau utang lagi untuk nambal shortfall," jelas Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Golongan Karya (Golkar), Misbakhun.
Di luar itu, masih ada potensi shortfall yang diperkirakan Rp 120 triliun. Lebih jauh dijelaskan Misbakhun, Rancangan Undang-undang (RUU) Pengampunan Nasional merupakan Pengampunan Pajak atau tax amnesty. Dia menegaskan bahwa, DPR tidak akan memberi pengampunan pidana umum atau di luar pajak bagi para koruptor yang sudah dijerat kasus pada tingkat P-21. (Amd/Gdn)
Penerimaan Pajak Berpotensi Berkurang Hingga Rp 150 Triliun
Untuk mendorong pencapaian penerimaan pajak, Direktorat Jenderal Pajak akan menambah obyek pajak.
diperbarui 21 Okt 2015, 14:43 WIBDiterbitkan 21 Okt 2015, 14:43 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Dalih Ajak Makan, Pria Ini Perkosa Anak di Bawah Umur
Disebut Serangan Jantung, Dodi Rustandi Muller Terpidana Kasus Sengketa Lahan Dago Elos Meninggal Dunia
Keutamaan Rumah yang Banyak Kucingnya Adalah Pertanda Makmur, Gus Baha Ungkap Fakta Ini
Wisuda STMIK Komputama Cilacap, Taklukkan Tantangan di Era Modern
2,9 Juta Tiket Kereta Api Jarak Jauh dan Lokal Ludes Terjual Selama Libur Nataru
Kaleidoskop 2024: Gelaran PON XXI, Prestasi dan Tantangan di Sumatera Utara dan Aceh
Capaian Kinerja Polda Kalsel sepanjang Tahun 2024, Ini Perbandingannya dengan Tahun 2023
Sentilan Pedas Buya Yahya: Muslim Ikut Foya-Foya Merayakan Tahun Baru Masehi, Umat Nasrani Malah Khusyuk di Gereja
Level 3 Siaga, Gunung Ibu Maluku Utara Kembali Erupsi
5 Momen Timnas Indonesia di 2024 yang Membanggakan, Mendebarkan dan Bersejarah
Antisipasi Kepadatan Arus Balik Nataru, Jasa Marga Operasikan 5 Gardu Tambahan di Tol Japek
Kaleidoskop 2024: 6 Pembunuhan Sadis di Sumsel, Vonis Mati Pembunuh Adik Bupati Hingga Jamu Beracun Tewaskan Adik Ipar