Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan kemarin, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandy mengadakan kunjungannya ke PT Dirgantara Indonesoa (Persero) (PTDI) yang berlokasi di Bandung.
Dalam kunjungannya tersebut, Yuddy mengaku PTDI yang sebelumnya bernama IPTN menjadi harapan untuk membangun kemandirian bangsa melalui produk berteknologi tinggi.
"Melalui PTDI, kita bangun kemandirian bangsa dan lepaskan ketergantungan dari bangsa lain. Jangan sampai kita jadi bangsa tukang," kata Yuddy dalam keterangannya, Senin (2/11/2015).
Kunjungan Yuddy ke PTDI tersebut dalam rangka menindaklanjuti permohonan formasi pegawai dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yang tengah menjalin kerja sama dengan PTDI dalam rangka pembuatan pesawat N 219 dan N 295. Untuk kedua proyek tersebut, LAPAN membutuhkan ratusan tenaga insinyur muda.
Dalam pertemuan dengan Direktur Utama PTDI Budi Santoso dan Kepala LAPAN Thomas Jamaludin beserta jajaran di Gedung Program manajemen (GPM) PTDI Bandung, Menteri Yuddy menuturkan bahwa dalam industri pesawat terbang nasional memiliki visi besar yang sudah dibangun sejak lama oleh Habibie. Namun sepertinya ada tembok besar yang menghalangi untuk dapat mengungguli produk lain.
"Tembok besar itu adalah tidak adanya political will yang berkesinambungan. Akibatnya perusahaan ini up and down," ujarnya.
Perlu ada sekelompok orang dari pemerintahan yang memiliki komitmen kuat untuk mengawal agenda strategis ini secara berkesinambungan agar sampai ke puncak kesuksesan. Apabila belum sampai puncak, bisa turun lagi ke tempat awal pendakian.
"Problem terbesar bukan pada pendanaan dan fasilitas, tetapi pada direction dan collective commitment dari para pemimpin bangsa ini. Karena itu, harus terus diingatkan dan direvitaisasi," ujarnya.
Menurut Yuddy, era kepemimpinan Jokowi-JK adalah momentum untuk memacu kinerja bagi perusahaan yang dibangun sejak 1976 ini. Harus tancap gas untuk memajukannya.
"Presiden menegaskan pentingnya moda angkutan udara yang menghubungkan pulau-pulau di Nusantara. Saya kira itu peluang yang harus dimanfaatkan," imbuhnya.
Dalam 4 tahun ke depan, kata Yuddy, jajaran direksi harus kerja keras dan secara simultan memacu patriotisme dan heroisme guna menyebarkan dan menularkan gagasan besar ini seperti virus ke berbagai pihak.
Di tengah agenda pembangunan, saatnya meminta dukungan yang kuat dari lintas instansi agar semuanya mendukung visi besar PTDI.
"Contohnya, bagaimana cara untuk pergantian pesawat komersial Lion Air bisa disuplai oleh PTDI. Silakan komunikasi dengan Pak Rusdi Kirana. Demikian juga pemenuhan kebutuhan dalam negeri lainnya, paling tidak 50 persen dipenuhi PTDI, termasuk untuk pengadaan di instansi pemerintah," terang Yuddy.
Yuddy meminta agar PTDI lebih agresif untuk memasarkan. Konsep marketing harus diterapkan karena pasarnya sangat prospektif.
Bisa memacu skala ekonomi yang besar dan memberikan kontribusi bagi perekomian nasional. Tantangan memang ada, tapi sebaiknya fokus pada peluang.
"Sudah berkali-kali ganti nama, dari Nurtanio, IPTN, sekarang PTDI. Bagaimana caranya empat tahun ke depan benar-benar sukses. Buat terobosan pemasaran misal melalui foreign diplomacy ke berbagai negara. Bahkan apabila saya ditugaskan oleh Bapak Presiden, untuk memasarkan ke Singapura, Malaysia, Brunei, pasti bisa. Just do it!" tegas Yuddy. (Yas/Ndw)*
Advertisement