Liputan6.com, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mulai mengenalkan produk Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Wulung kepada calon penggunanya sebagai upaya industri dirgantara itu melakukan komersialisasi.
Menurut Direktur Produksi PTDI, Dena Hendriana, UAV Wulung merupakan drone pengintai yang dikembangkan pada tahun 2014 oleh PTDI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kini bernama BRIN, dan Badan Penelitian & Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan RI, yang telah melalui berbagai rangkaian uji, baik ground test maupun flight test, hingga akhirnya memperoleh Type Certificate dari Indonesian Defense Airworthiness Authority (IDAA) pada tahun 2016.
Advertisement
"Dengan dukungan BRIN, kami akan melanjutkan pengembangan lanjutan untuk meningkatkan daya tahan terbang, memperkuat landing gear untuk terbang dari segala tipe landasan, melakukan reduksi kebisingan dan penggunaan sistem kendali, serta komponen lain menggunakan hasil Litbang BRIN dan ekosistem dalam negeri," ujar Dena dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Minggu (16/3/2025).
Advertisement
Dena mengatakan PTDI juga akan memastikan marine spec Wulung, guna mendukung kemampuan operasi patroli maritim di seluruh wilayah Indonesia
Dena menjelaskan sebagai bagian dari pengembangan lebih lanjut, PTDI mendapat dukungan penuh dari BRIN dalam hal inovasi dan pengembangan sistem guna meningkatkan keunggulan kompetitif UAV Wulung.
"Dukungan ini mencakup peningkatan teknologi, serta riset yang berkelanjutan untuk memperkuat inovasi di sektor kedirgantaraan dan ekosistem riset nasional," ungkap Dena.
Selain itu, Dena menambahkan BRIN juga berperan dalam mendorong komersialisasi UAV Wulung dengan meningkatkan eksposur produk ke pasar potensial, seperti halnya di lingkungan TNI dan Bakamla.
Upaya ini bertujuan untuk memperluas adopsi UAV Wulung dalam operasional pertahanan dan keamanan, sekaligus memperkuat daya saing industri dirgantara nasional.
"PTDI terus berkomitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan kapabilitas UAV Wulung agar semakin kompetitif di sektor pertahanan dan pengawasan," ungkap Dena.
Dena meyakini melalui inovasi dan kerja sama strategis, seperti perjanjian yang baru-baru ini disepakati dengan Milkor, perusahaan pertahanan asal Afrika Selatan dalam ajang International Defence Exhibition & Expo (IDEX) di Abu Dhabi pada bulan Februari 2025 lalu, PTDI akan memperkuat pengembangan UAV kelas ringan dan sedang.
Harapannya kolaborasi ini dapat meningkatkan performa dan fitur UAV Wulung, menjadikannya lebih adaptif terhadap kebutuhan pengguna.
"Dengan teknologi yang terus diperbarui, UAV Wulung siap berkontribusi dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional," sebut Dena.
Sebagai tactical drone, UAV Wulung dirancang dengan kemampuan autonomous operation dan dilengkapi Ground Control Station (GCS) sebagai pusat kendali dan transporter untuk mobilitas yang fleksibel.
"Menggunakan material komposit yang ringan dan kuat, serta didukung mesin piston tunggal tipe pusher, UAV Wulung memiliki kapasitas bahan bakar 35 liter, radius operasi 150 km, dengan kemampuan Maximum Take-Off Weight (MTOW) 125 kg, serta jarak take off and landing kurang dari 500 m, dan cruise speed 50 knots," jelas Dena.
"Wulung sendiri sudah cukup cocok untuk dioperasikan di pangkalan-pangkalan AL atau Bakamla. Wulung ini secara teknis sudah bisa memenuhi kebutuhan taktis untuk melakukan patroli keamanan laut dari udara. Jadi dengan Wulung nanti bisa kombinasi dengan kapal di laut," sebut Wakil Kepala BRIN, Laksdya TNI (Purn.) Amarulla Octavian, dalam sambutannya saat melihat demo flight Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Wulung, di Lapangan Udara Suparlan Batujajar, Padalarang, beberapa waktu lalu.
Selain Dena dan Amarulla uji coba terbang UAV Wulung ini disaksikan juga oleh Kepala Badan Keamanan Laut (Kabakamla), Laksdya TNI Irvansyah serta beberapa pemangku kepentingan strategis lainnya dari lingkungan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, Kementerian Kelautan & Perikanan (KKP) RI, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dan Matra Laut.