Mentan Pastikan El Nino Tak Ganggu Produksi Beras Nasional

Saat El Nino 1998, pemerintah memutuskan untuk impor beras 7,1 juta ton.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Nov 2015, 14:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2015, 14:30 WIB
20150922-Pasar-Murah-Jakarta-Amran-Sulaiman
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman meninjau pasar murah beras dan sapi di Gudang Bulog, Jakarta, Selasa (22/9/2015). Sebanyak 30 truk beras dan sapi didistribusikan ke sejumlah pasar tradisional DKI. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan produksi beras nasional dalam kondisi normal meskipun ada ancaman perubahan iklim berupa gelombang panas atau El Nino dalam beberapa bulan terakhir.

Amran menjelaskan, pada awal pekan lalu distribusi beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, mencapai 5.300 ton per hari. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding dengan angka distribusi normal yang ada di angka 3.000 ton per hari.

"Di Cipinang pada Senin lalu mencapai 5.300 ton masuk, yang biasanya hanya 2.500 ton hingga 3.000 ton. Artinya produksi beras nasional masih stabil," ujarnya di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (9/11/2015).



Selain produksi masih aman, cadangan beras pemerintah yang ada di gudang Perum Bulog juga dinilai masih dalam kondisi cukup, setidaknya untuk periode sampai akhir tahun ini.

Saat ini, Perum Bulog masih memiliki stok beras sebesar 1,5 juta ton. "Kemudian stok Bulog sampai hari ini 1,5 juta ton. Ini tinggal 30 hari sampai akhir tahun, artinya itu tidak perlu risau," lanjutnya.

Dengan kondisi cuaca yang mulai hujan di beberapa daerah, Amran yakin bahwa ancaman El Nino akan berkurang secara signifikan sehingga produksi beras bisa berjalan normal ke depannya.

"Selama ini yang kami khawatirkan adalah adanya El Nino. Tapi mudah-mudahan, hujan yang ada ini berlanjut. Sebelumnya yang dikhawatirkan El Nino, karena ini sangat kuat. 2,35 intensitas kenaikannya," tandasnya.

Sebelumnya, Amran juga mengatakan bahwa ketahanan pangan tahun ini lebih baik dibanding dengan tahun 1998 yang sama-sama diterpa El Nino.

Dia menuturkan, saat El Nino 1998, pemerintah waktu itu memutuskan impor beras 7,1 juta ton. Dengan kondisi El Nino yang lebih parah, pemerintah mampu menahan laju impor beras. Amran bilang, jika tidak ada El Nino Indonesia berpeluang menjadi pengekspor beras.

"Kita bandingkan El Nino terkuat 1998 kuat intensitasnya 1,9 sekarang 2,35 jauh lebih kuat. Tahun 1998 impor 7,1 juta ton penduduknya 200 juta. Sekarang penduduk 250 juta, harusnya impor 9 juta ton tapi ini impor nol. Kita balik kalau tidak El Nino ekspor besar-besaran," ujar dia. (Dny/Gdn)

 
 
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya