Pasca Gempa, Ekonomi di Sumbar Terus Menggeliat

Sumatra Barat juga memiliki komoditi unggulan seperti kakao, teh, gambir, karet, tuna, semen, rotan dan produk IKM lain

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Nov 2015, 08:31 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2015, 08:31 WIB
songket-rambah-brunei-darussalam-130402b

Liputan6.com, Padang - Pasca diterjang gempa di tahun 2009, ekonomi Sumatra Barat (Sumbar) terus menggeliat. Gubernur Sumatra Barat Reydonnyzar Moenek mengatakan, sejumlah kegiatan dan festival nasional dan internasional turut mendukung ekonomi Sumatra Barat usai gempa tersebut.

"Sektor jasa dan perhotelan semakin kuat. Sumatra Barat dengan memiliki daya tarik danau-danau dan wisata kuliner, ekonomi semakin bergeliat sejak 2009," ujar Reydonnyzar, saat sambutannya pada acara Gugus Kendali Mutu Industri Kecil dan Menengah, di Padang pada Selasa (10/11/2015).

Ia mengatakan, ada sejumlah kegiatan baik internasional dan domestik turut mendukung ekonomi Sumatra Barat. Pada Agustus lalu, Sumatra Barat telah menggelar Sawahlunto International Songket festival. Kemudian ada tour Singkarak.

Karena itu, ia mengharapkan kegiatan-kegiatan lainnya baik internasional dan domestik dapat diselenggarakan di Sumatra Barat.

"Sumatra Barat merupakan salah satu provinsi dari 34 provinsi yang gencar giat peluang bisnis. Ekonomi Sumatra Barat dikontribusikan dari sektor pertanian mencapai 22 persen, sektor perdagangan dan hotel 18 persen, lalu sektor jasa 16,5 persen," kata Reydonnyzar.

Ia menambahkan, Sumatra Barat juga memiliki komoditi unggulan seperti kakao, teh, gambir, karet, tuna, semen, rotan dan produk industri kecil dan menengah lainnya seperti tenun songket.

"Kami baru selesaikan festival songket (Sawahlunto International Songket festival). Songket silungkang goes to New York. Kami juga tak mau ketinggalan untuk kekayaan intelektual," kata dia.

Ia pun mengharapkan dukungan dari Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan potensi industri kecil menengah (IKM). Hal itu agar IKM memiliki daya saing saat pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "Daya saing terkait kendali mutu agar mampu bersaing di pasar Asean," kata dia. (Ahm/Zul)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya