JK Tegaskan Beras Impor Hanya untuk Daerah Ini Saja

Impor beras dilakukan untuk menjaga ketersediaan beras antisipasi kekeringan.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Nov 2015, 21:48 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 21:48 WIB
20151019-Jusuf Kalla-Jakarta
Wapres Jusuf Kalla di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah bukan semata untuk pemenuhan beras di wilayah ibukota dan sekitarnya.

Menurut JK, adanya beras impor ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan kebutuhan pokok tersebut di wilayah-wilayah lain, terutama wilayah yang bukan penghasil beras nasional.

"Bukan untuk Jakarta, tapi semua daerah jadi daerah-daerah yang bukan daerah produksi dikirim beras," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (12/11/2015).

JK juga menyatakan, keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras ini semata-mata untuk menjaga ketersediaan beras. Hal ini mengingat dalam beberapa bulan terakhir Indonesia dilanda kemarau sehingga dikhawatirkan akan mengganggu produksi beras nasional.

"Ini sekali lagi karena masalah kekeringan maka untuk memastikan bahwa pedagang beras itu cukup," kata dia.

Sebelumnya, JK menegaskan beras impor telah masuk ke Indonesia. Salah satunya sudah masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok. Bongkar muat beras-beras itu sedang berlangsung hingga saat ini.

"Sudah. Pergi lihat pelabuhan kalau tidak percaya. Pergi lihat pelabuhan saja, di banyak pelabuhan bukan hanya Jakarta, di tempat lain. Demi rakyat," ujar JK di Istana Wakil Presiden, kemarin.

JK menjelaskan impor beras tidak bisa dihindari karena berbagai macam faktor. Mulai faktor cuaca yang disebabkan oleh El Nino dan faktor ketidaksiapan infrastruktur pertanian. Ia juga mengatakan jangan sampai demi pencitraan malah tidak dilakukan impor dan rakyat jadi korban.

"Bukan demi hanya satu orang untuk jaga citra, tidak! Demi menjaga jangan harga beras naik. Karena data BPS itu susah dipertanggungjawabkan, ya," ujar dia. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya