Pemerintah Kaji Terbitkan Surat Utang Berdenominasi Yuan

Pemerintah lakukan diversifikasi surat utang dengan menerbitkan panda dan dim sum bond.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Jan 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2016, 09:00 WIB
20151130-Mata-Uang-Yuan-AY
Seorang teller menunjukan mata uang Yuan di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF), Senin (30/11), resmi memasukan yuan, atau renminbi, ke dalam special drawing rights (SDR) sebagai mata uang elite dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan berencana menerbitkan surat utang valas berdenominasi Renminbi atau Yuan pada tahun ini. Upaya tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan utang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar Rp 605,3 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan mengungkapkan, pemerintah terus melakukan langkah diversifikasi produk surat utang negara (SUN). Tujuannya memperluas basis investor yang memegang surat utang Indonesia.

"Yang dekat dengan radar kita adalah penerbitan surat utang denominasi Yuan atau RMB. Opsinya Panda Bond yang diterbitkan di Tiongkok atau Dim Sum Bond yang penerbitannya di Hong Kong," tutur dia di kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (5/1/2015).

Saat ini, Robert bilang, tim DJPPR Kemenkeu sedang mengkaji peluang penerbitan surat utang dengan mata uang Renminbi di tahun ini. Sayangnya, ia belum dapat memastikan kapan dan berapa nilai lelang surat utang tersebut.

"Tim Kemenkeu sudah beberapa kali melakukan kajian, memang belum final tapi tidak menutup kemungkinan kita akan menerbitkan bond baru dalam mata uang RMB di 2016. Selain itu, belum tahu," jelas Robert.

Dari data DJPPR, total kebutuhan pembiayaan utang dalam APBN 2016 sebesar Rp 605,3 triliun. Rencananya akan dipenuhi dari penerbitan SBN senilai Rp 532,4 triliun, penarikan pinjaman luar negeri non SLA Rp 69,2 triliun dan penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 3,7 triliun.

Pembiayaan sebesar Rp 605,3 triliun itu diperlukan untuk menutupi defisit di APBN 2016 sebesar Rp 273,2 triliun, kebutuhan investasi atau Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 58,1 triliun, pembayaran jatuh tempo utang senilai Rp 256 triliun.

Adapula peruntukannya bagi pengelolaan portofolio utang di tahun ini sebesar Rp 3 triliun dan SPN cash management senilai Rp 15 triliun. (Fik/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

 

 


   

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya