Prospek Pasar Surat Utang Korporasi Indonesia Masih Solid

Jika dilihat dari sektor yang mendominasi penerbitan, industri pulp and paper berada di peringkat pertama penerbitan surat utang dengan nilai Rp 13,2 triliun dari empat perusahaan.

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 16 Apr 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2025, 06:00 WIB
Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
Penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (4/7/2024) menunjukan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai prospek pasar surat utang korporasi Indonesia masih solid di sisa tahun 2025. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto mengatakan, meski dinamika global dan domestik masih berlangsung, proyeksi Pefindo atas total penerbitan surat utang tahun ini belum mengalami perubahan.

“Kami masih memperkirakan bahwa pasar surat utang korporasi akan cukup solid dengan penerbitan berkisar antara Rp139,29 triliun hingga Rp 155,43 triliun, dengan titik tengahnya di kisaran Rp 143,91 triliun,” ujar Suhindarto dalam konferensi pers, dikutip Rabu (16/4/2025).

Optimisme ini didukung oleh kinerja kuat di kuartal pertama 2025, di mana penerbitan surat utang melonjak signifikan. Hingga akhir Maret, total penerbitan telah mencapai Rp 46,7 triliun, naik sekitar 77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, Rp 46,4 triliun berasal dari obligasi dan sukuk, sementara Rp 0,4 triliun diterbitkan dalam bentuk medium-term notes (MTN).

Sektor dan Bentuk Surat Utang

Jika dilihat dari sektor yang mendominasi penerbitan, industri pulp and paper berada di peringkat pertama dengan nilai Rp 13,2 triliun dari empat perusahaan. Diikuti sektor pertambangan sebesar Rp 9,2 triliun dari enam perusahaan, dan sektor multifinance dengan Rp 8,3 triliun dari enam perusahaan juga. Sementara itu, sektor telekomunikasi dan perbankan masing-masing mencatat penerbitan Rp 5,5 triliun dan Rp 5 triliun.

Adapun mayoritas surat utang diterbitkan dalam bentuk obligasi, disusul sukuk. Berdasarkan data Pefindo, sekitar 72,4% dari total penerbitan di kuartal pertama telah memperoleh peringkat dari Pefindo dengan nilai total Rp 33,8 triliun. Sebagian besar dari penerbitan tersebut digunakan untuk refinancing, sedangkan kebutuhan modal kerja menempati porsi kedua dengan pangsa 41,5%.

“Kalau kita lihat dari tujuan penerbitannya, di triwulan pertama ini didominasi oleh kebutuhan untuk refinancing dan disusul oleh modal kerja,” ujar Suhindarto.

 

Mandat Pefindo

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dari sisi mandat, hingga 31 Maret 2025, Pefindo telah menerima mandat senilai Rp74,46 triliun dari sekitar 51 perusahaan. Mandat terbesar berasal dari sektor multifinance dengan nilai Rp14,8 triliun, diikuti perbankan sebesar Rp12,6 triliun, dan lembaga keuangan khusus senilai Rp10,5 triliun.

Suhindarto menambahkan sebagian besar instrumen dalam mandat tersebut masih belum listing dan didominasi oleh skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi. Selain itu, Pefindo juga mencatat adanya mandat untuk PUB sukuk, MTN, dan sekuritisasi.

Dilihat dari sisi kelembagaan, perusahaan swasta mendominasi jumlah mandat dengan 33 perusahaan, sementara BUMN dan anak usahanya berjumlah 18 perusahaan. Namun secara nilai, distribusi antara keduanya hampir seimbang.

“Yang berdasarkan mandat yang sudah masuk ke kami, ada sekitar 33 dari 51 perusahaan berasal dari non-BUMN atau swasta, sementara secara nilai swasta mencatat Rp37,6 triliun dan BUMN Group sebesar Rp36,8 triliun,” pungkas Suhindarto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya