Ini Revisi Asumsi Makro dalam RAPBNP 2016

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tengah membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional Perubahan (RAPBNP) 2016.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Apr 2016, 16:33 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2016, 16:33 WIB
20151102-Tiga Agenda Yang Dibahas Pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana
Presiden Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla beserta menteri melakukan Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta,(2/11/2015). Sidang membahas APBN 2016, Persiapan Pilkada, dan Paket Kebijakan Ekonomi VI. (Liputam6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan tengah membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional Perubahan (RAPBNP) 2016. Ada beberapa asumsi makro yang diubah dalam RAPBNP 2016. 

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, dalam asumsi makro tersebut, terjadi perubahan pada angka inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan harga minyak dunia. Angka inflasi perkiraan turun dari 4,7 persen menjadi 4 persen.

Untuk nilai tukar rupiah kemungkinan akan berada di kisaran 13.400 per dolar AS  dari sebelumnya yang ada di kisaran 13.900 per dolar AS. "Harga minyak juga otomatis turun dari US$ 50 per barel menjadi sekitar US$ 35 per barel," kata Bambang di Gedung Sekretaris Kabinet, Jakarta, Kamis (7/4/2016).

Sementara mengenai angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah masih mempertahankan asumsi di angka 5,3 persen. Angka pertumbuhan ekonomi ini cukup optimistis jika dibandingkan dengan perkiraan beberapa lembaga dunia. 

Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,9 persen. Sedangkan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini di angka 5,1 persen.

Bambang melanjutkan, dengan adanya perubahan asumsi di harga minyak, akan terjadi juga penurunan di penerimaan sektor minyak dan gas (migas). Penurunan penerimaan diperkirakan Bambang akan mencapai Rp 17,triliun.

Penurunan juga terjadi di Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor migas. PNBP migas dalam RAPBNP mengalami penurunan‎ mencapai Rp 50,6 triliun. Sementara untuk PNBP non migas khususnya hasil tambang yang perkiraannya juga akan turun hampir Rp25 triliun.‎

"Yang kita akan jaga adalah penerimaan di pajak non migas, dan salah satunya yang paling penting adalah nanti penerapan dari tax amnesty," ucap Bambang.

Berikut perbandingan asumsi makro di APBN 2015, APBN 2016 dan RAPBNP 2016:

- Pertumbuhan Ekonomi:

APBN 2015 : 5,7 persen
APBN 2016 : 5,3 persen
RAPBNP 2016 : 5,3 persen

- Inflasi:
APBN 2015 : 5 persen
APBN 2016 : 4,7 persen
RAPBNP 2016 : 4 persen

- Bunga SPN:
APBN 2015 : 6,2 persen
APBN 2016 : 5,5 persen
RAPBNP 2016 : 5,5 persen

- Nilai tukar rupiah:
APBN 2015 : 12.500 per dolar AS
APBN 2016 : 13.900 per dolar AS
RAPBNP 2016 : 13.400 per dolar AS

- CPI:
APBN 2015 : 60 per barel 
APBN 2016 : 50 per barel 
RAPBNP 2016 : US$ 35 per barel.

(Yas/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya