Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sedikit mengalami perbaikan ke level 4,95 persen secara tahunan (year on year/Yoy) di kuartal II-2016. Peningkatan konsumsi masyarakat dan pemerintah menjadi penopang utama di tengah lesunya investasi maupun kinerja ekspor impor.
"Ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 4,95 persen (Yoy) pada kuartal II-2016, sedikit meningkat dari realisasi 4,92 persen (Yoy) di kuartal I ini," ujar Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Baca Juga
Asumsi tersebut lebih besar dibanding capaian kuartal II-2015 yang sebesar 4,67 persen. Josua mengatakan, ekonomi Indonesia di kuartal II ini terkatrol dari konsumsi masyarakat yang diramalkan tumbuh 4,96 persen atau lebih tinggi dari 4,94 persen di kuartal I-2016.
Advertisement
"Konsumsi masyarakat di periode kuartal II ini meningkat karena faktor musiman Idul Fitri dan tren penurunan inflasi," ujarnya.
Indikator kenaikan konsumsi rumah tangga, tutur Josua, antara lain penjualan mobil tumbuh 9 persen (Yoy) dari periode sebelumnya yang terkontraksi negatif 5 persen (Yoy), peningkatan jumlah uang beredar, pemulihan penjualan retail, serta meningkatkan indeks kepercayaan konsumen.
Penopang terbesar pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2016 lainnya, ucap Josua, konsumsi atau pengeluaran pemerintah yg diperkirakan tumbuh 2,97 persen (Yoy) dibanding realisasi 2,93 persen di kuartal I-2016.
"Konsumsi pemerintah sedikit meningkat karena perbaikan penyerapan belanja pemerintah pusat yang tumbuh 20 persen (Yoy) menjadi Rp 288 triliun. Sedangkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 239 triliun," paparnya.
Di sisi lain, kata dia, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh 5,35 persen (Yoy) atau turun dari realisasi di kuartal I yang sebesar 5,57 persen (Yoy). Penyebabnya lantaran perlambatan investasi di sektor riil.
"Hal ini diperkuat dengan data konsumsi semen yang tumbuh 5 persen (Yoy) anjlok dari realisasi sebelumnya 6,7 persen.
Sementara itu, investasi di sektor publik cenderung stabil karena terjadi pertumbuhan belanja modal 30 persen. Sedangkan impor barang modal maupun kredit investasi mengalami peningkatan di kuartal II-2016.
"Sayangnya kinerja net ekspor diperkirakan sedikit membaik karena peningkatan volume ekspor dari negatif 8 persen (Yoy) menjadi negatif 3 persen. Dan volume impor cenderung turun tipis," Josua memungkasi.