Akuisisi Aset ConocoPhillips, Medco Ingin Kuasai Blok Natuna

Pada periode enam bulan pertama tahun 2016, Medco mampu memproduksi sebesar 64 ribu barel setara minyak per hari.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Okt 2016, 11:22 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2016, 11:22 WIB
Medco
(foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - PT Medco E&P Indonesia ingin menasionalisasi seluruh aset minyak dan gas (migas) yang ada di Blok B South Natuna, Provinsi Kepulauan Riau‎. Langkah nasionalisasi tersebut mengakuisisi beberapa aset yang sebelumnya dimiliki oleh ConocoPhillips. 

Head of Relations Medco E&P Indonesia Teguh Imanto mengatakan, setelah penandatanganan perjanjian jual beli pembelian tersebut, Medco melanjutkan dengan pengintergasian organisasi antara kedua perusahaan. 

"Kami sangat optimistis. Walaupun di tengah tantangan industri migas yang belum pulih, perusahaan mampu terus menjaga kinerja dan mempertahankan produksi," kata Teguh, di Jakarta, Senin (10/10/2016).

Akuisisi tersebut sejalan dengan tujuan perusahaan untuk menjadi pemain independen terkemuka di sektor migas Indonesia.

“Kami juga berharap adanya dukungan dari berbagai pihak untuk kelancaran operasi migas di lapangan-lapangan yang kami kelola, seperti di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, dan Aceh,” ujar dia.

Teguh mengungkapkan, melalui akuisisi Blok B, Medco ingin menasionalisasi aset ConocoPhillips, dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan kinerja Medco dalam memproduksi migas di Indonesia.

"Blok B peralihan dari ConocoPhillips ke Medco. Medco serius ingin maju kalau bisa menasionalisasi aset-aset. Mudah-mudahan, hal-hal seperti ini bisa dukung kinerja," ungkap dia.

Pada periode enam bulan pertama tahun 2016, Medco mampu memproduksi sebesar 64 ribu barel setara minyak per hari (‎Bare Oil Equvalent Per Day/BOEPD‎). Angka ini melampaui target produksi migas Perusahaan pada tahun 2016 yang dipatok sebesar 60 MBOEPD.

Pencapaian angka produksi tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 29 persen dibandingkan dengan periode enam bulan pertama tahun 2015. Kenaikan tersebut diraih berkat kinerja memuaskan dan berkelanjutan dari lapangan Senoro-Toili di Sulawesi Tengah.

Di sisi lain, Perusahaan juga berhasil menurunkan cash costs operasional migas per unit sebesar 32 persen menjadi US$ 7,6 BOE, dibandingkan semester pertama tahun 2015. Kinerja ini sudah sejalan dengan target tahun 2016 Perusahaan, yaitu di bawah US$ 10 per BOE. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya