Harga Minyak Akhirnya Naik ke US$ 50,29 per Barel

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman November naik 35 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 50,29 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Okt 2016, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2016, 05:00 WIB
Harga minyak mentah AS untuk pengiriman November naik 35 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 50,29 per barel.
Harga minyak mentah AS untuk pengiriman November naik 35 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 50,29 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mampu berbalik arah ke zona positif pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), setelah sebelumnya dibuka melemah.

Pendorong kenaikan harga minyak ini karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan pelaku pasar yang telah mengevaluasi penurunan produksi yang diusulkan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC).

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (19/10/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman November naik 35 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 50,29 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, naik 16 sen atau 0,31 persen ke level US$ 51,68 per barel di ICE Futures Europe.

Para pelaku pasar meningkatkan taruhan mereka bahwa harga minyak akan terus terdorong naik sejak OPEC mengumumkan kesepakatan untuk memangkas produksi pada akhir September kemarin.

"Banyak yang percaya harga minyak akan lebih tinggi dan mereka mulai mengoleksi," jelas pendiri Again Capital, John Kilduff.

Harga minyak diperdagangkan pada rentang US$ 48 per barel hingga US$ 53 per barel sejak adanya kesepakatan dari OPEC. Namun beberapa analis mengungkapkan momentum sentimen positif ini tidak akan bertahan lama.

"Hal ini tidak akan bertahan sampai OPEC memberikan penjelasan yang lebih dalam mengenai upaya-upaya pengelolaan produksi tersebut," jelas Direktur Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch.

Kenaikan harga minyak mentah juga terdorong oleh pelemahan dolar AS. Dengan penurunan nilai tukar dolar AS ini membuat pembeli minyak yang menggunakan mata uang di luar dolar AS menjadi lebih murah. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya