Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan menuju akhir pekan ini. Donald Trump dan Janet Yellen menjadi dua tokoh sentral yang mendorong penguatan dolar AS.Â
Mengutip Bloomberg, Jumat (18/11/2016), pada perdagangan hari ini rupiah dibuka di angka 13.393 per dolar AS, melemah 20 basis poin jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.373 per dolar AS. Hingga akhir perdagangan rupiah terus tertekan dan ditutup di angka 13.428 per dolar AS.
Sejak pembukaan hingga penutupan perdagangan, rupiah bergerak di kisaran 13.385 per dolar AS hingga 13.443 per dolar AS. Meskipun terus melemah, jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 2,60 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah juga melemah. Pada perdagangan hari ini, rupiah dipatok di angka 13.408 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan sehari sebelumnya, rupiah dipatok di angka 13.385 per dolar AS.
Rupiah terus-menerus tertekan sejak terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS. Pelemahan rupiah ini bersama dengan beberapa mata uang lainnya. Dolar AS terus menyentuh level terkuat terhadap beberapa mata uang lainnya yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi Trump.
Selain itu, pandangan bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga juga terus menguat. Data-data ekonomi telah mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi AS terus mengalami perbaikan meskipun lambat.
Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen pada Kamis kemarin menyatakan bahwa The Fed tetap pada jalur untuk mengetatkan kebijakan moneter.
"Dolar AS terus merajalela," jelas Analis Mata Uang Banco Santander SA, London, Inggris, Stuart Bennett. "Sebenarnya pasar hanya memainkan asumsi tapi asumsi tersebut membantu dolar AS untuk menguat," tambah dia.
Pelaku pasar pun terus berbondong-bondong untuk memborong dolar AS atau melepas mata uang di luar dolar AS menjelang akhir tahun ini.
Ekonom PT samuel Sekuritas Rangga cipta menjelaskan, keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan turut menjadi penyebab pelemahan rupiah.
"BI yang menahan BI Reverse Repo Rate di 4,75 persen semakin membuat pelaku pasar waspada terhadap ketidakpastian global walaupun memberikan komitmen kehadiran di pasar valuta asing untuk jaga stabilitas rupiah," kata dia. (Gdn/Ndw)