Pemerintah Minta Swasta Jual Listrik ke Kawasan Industri

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan industri menjadi peluang usaha baru untuk sektor kelistrikan

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Nov 2016, 14:20 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2016, 14:20 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan industri menjadi peluang usaha baru untuk sektor kelistrikan. Karena itu Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) ‎mengajak pemodal yang bergerak di sektor listrik untuk berinvestasi di kawasan tersebut.

Direktur Binaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Aliudin Sitompul mengatakan, KEK dan kawasan industri yang digarap swasta sedang digalakan pembangunannya di beberapa wilayah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"‎Kawasan-kawasan yang dikelola swasta dan dilakukan pembinaan Kementerian Perekonomian mendorong pertumbuhan sentra industri," kata Aliudin, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Selasa (29/11/2016).

Aliudin mengungkapkan, pembangunan sentra industri tersebut membutuhkan banyak pasokan listrik. Hal ini membuka peluang usaha bagi pihak swasta menyediakan pasokan listrik, yaitu dengan membangun pembangkit‎ beserta jaringannya, listrik tersebut kemudian dijual langsung ke pengguna di kawasan industri.

"Seperti Cikarang listrindo sebagai  yang mana kawasan itu menyediakan listriknya dengan baik. Kawasan Bekasi juga banyak wilayah khusus, wilayah industri, kawasan ekonomi yang minta," papar Aliudin.

‎Aliudin mengarahkan, bagi penanam modal yang ingin berbisnis listrik, sebaiknya menyediakan pasokan listrik untuk kawasan tersebut dan tidak lagi mengharapkan menjual listrik ke PT PLN (Persero).

"Ini adalah peluang bisnis investasi. Jadi kita jangan bergelut bagaimana menjual listrik ke PLN. Kawasan ini adalah peluang bisnis. Seperti KEK Sei Mangkei, mereka merencanakan pembangunan pembangkit 300 MW. Kalau ada 200 kawasan rata-rata 300 MW itu sudah ada 6.000 MW. Ini bisnis. Banyak swasta yangg bekerja sama di kawasan tersebut," tutup Aliudin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya