Demo 2 Desember Vs Efek Trump, Mana Lebih Kuat?

Demo 2 Desember masih bisa ditangani dengan baik oleh aparat keamanan sehingga tidak mengganggu pasar keuangan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Des 2016, 07:24 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 07:24 WIB
Polwan menyambut pendemo 2 Desember
Polwan menyambut pendemo 2 Desember (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana demo 2 Desember yang berpusat di Jakarta diperkirakan tidak akan mengganggu stabilitas politik maupun pasar keuangan nasional secara keseluruhan. Ekonomi Indonesia justru sedang diuji oleh ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat (AS) pasca Donald Trump terpilih sebagai Presiden.

Ekonom Senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi memperkirakan dampak demo 2 Desember tidak akan signifikan ke pasar keuangan Indonesia, diantaranya pasar modal, pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan valuta asing atau kurs rupiah.

"Pasar finansial kita saat ini lebih dipengaruhi faktor eksternal terutama perkembangan di AS, seperti kemungkinan naiknya suku bunga The Fed dan masih belum jelas arah kebijakan ekonomi Trump," ujar Eric saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (2/12/2016).

Lanjutnya, efek dari bayang-bayang penyesuaian tingkat bunga Fed Fund Rate pada akhir tahun ini lebih besar ketimbang dampak demo. Karena kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS akan mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuan untuk menggenjot laju ekonomi Negeri Paman Sam.

Salah satu contoh aliran modal keluar atau outflow yang sudah banyak dilakukan investor bulan ini dan bulan lalu. Tapi dikatakan Eric, bukan karena demo, melainkan investor portofolio global yang konsen dengan perkembangan politik di AS (Trump Presiden) serta kenaikan tingkat bunga The Fed.

"Jadi faktor eksternal yang lebih dominan mempengaruhi persepsi para pelaku pasar saat ini ketimbang faktor politik domestik Indonesia, seperti demo 2 Desember ini," jelas Eric, mantan Kepala Ekonom Standard Chartered Bank itu.

Eric menilai, aksi demo 2 Desember oleh organisasi masyarakat (ormas) Islam masih bisa ditangani dengan baik oleh aparat keamanan sehingga tidak mengganggu stabilitas politik dan pasar keuangan di dalam negeri.

"Fundamental ekonomi kita tidak jelek ketika pertumbuhan ekonomi tertekan, karena inflasi dan defisit transaksi berjalan Indonesia cukup terkendali. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan," dia menerangkan.

Untuk diketahui, puluhan ribu orang diperkirakan akan memadati kawasan Monas, Jakarta dalam aksi damai 2 Desember. Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) bersama polisi telah sepakat mengubah demo 2 Desember menjadi aksi super damai yang diisi dengan kegiatan keagamaan di Monas. Kesepakatan tersebut tercapai saat keduanya bertemu di kantor MUI.

Meski format aksi berubah, namun demo 2 Desember tidak mengubah tuntutannya agar polisi dan kejaksaan menuntaskan proses hukum terhadap tersangka dugaan penistaan agama, Ahok. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya