Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menilai masih sulit bagi Indonesia untuk kembali mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen. ‎Ekonomi Indonesia pernah tumbuhan lebih dari 6 persen pada 2013 lalu.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, salah satu sebab sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar itu karena kondisi ekonomi global yang‎ mengalami perlambatan. Termasuk, ekonomi Tiongkok yang sulit kembali tumbuh double digit.
Baca Juga
"Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2007 itu 10 persen-12 persen dan ‎Tiongkok merupakan ekonomi terbesar di dunia. Tiongkok sekarang di level 6,5 persen. Jadi agak sulit kita keluar dari siklus ekonomi dunia," ujar dia dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2017 di Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (16/12/2016).
Mirza menyatakan, kondisi ekonomi Tiongkok juga mempengaruhi perekonomian Indonesia. Sebab, Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia‎ sehingga jika perekonomiannya melambat, permintaan bahan baku dan produk dari Indonesia juga akan menurun.
"Bersyukur Tiongkok tidak drop di bawah 6 persen. Jika tahun depan 6,5 persen-6,7 persen juga, paling tidak kita 5 persen-5,4 persen itu sudah bagus," kata dia.
Meski demikian, menurut Mirza, jika berkaca pada ekonomi global, pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai Indonesia pada saat ini sudah cukup bagus. Sebab, ekonomi negara-negara lain di Asia Tenggara tumbuh jauh di bawah Indonesia.
"Thailand di bawah 3 persen. Singapura di bawah 3 persen. Di Asia Tenggara, Indonesia tertinggi," tandas dia.
Advertisement