PLTU Tabalong Bakal Jadi Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan

Batu bara yang dihasilkan oleh Adaro memiliki kandungan abu (ash) antara 1 persen-2 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Feb 2017, 18:47 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 18:47 WIB

Liputan6.com, Jakarta PT Tanjung Power Indonesia (TPI), perusahaan patungan PT Adaro Power dan PT EWP Indonesia tengah membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Tabalong, Kalimantan Selatan. Pembangkit berkapasitas 2x100 megawatt (MW) merupakan PLTU ramah lingkungan.

Presiden Direktur TPI Mustiko Bawono mengatakan, proyek PLTU tersebut telah mengikuti standar ramah lingkungan yang ketat. Hal ini karena pembangkit tersebut menggunakan berteknologi circulating fluidized bed (CFB) yang menghasilkan emisi udara rendah.

"Proyek kita dikendalikan standar IFC. Kriteria-kriteria lingkungan sangat ketat. Peralatan kita lebih ramah lingkung dengan boiler berteknologi CFB boiler. Emisi SO2 diserap dengan injeksi bahan kapur. Temperatur boiler juga rendah. Ini jenis boiler yang ramah lingkungan," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (6/2/2017).

Sementara itu, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, selain menggunakan teknologi yang lebih baik, bahan bakar berupa batubara yang digunakan juga ramah lingkungan.

‎"Batubara Adaro salah satu yang paling ramah lingkungan di dunia. ‎Jadi dari teknologinya rumah lingkungan, bahan bakarnya juga ramah lingkungan," kata dia.

Sebagai gambaran, batu bara yang dihasilkan oleh Adaro memiliki kandungan abu (ash) antara 1 persen-2 persen Dengan demikian, setiap pembakaran 1 ton batubara hanya menghasilkan 20 kg abu.

Berbeda halnya dengan batubara yang diproduksi Tiongkok memiliki ash antara 14 persen-26 persen. Bahkan batubara asal India memiliki kandungan ash hingga 40 persen-50 persen.

"Kandungan ash kita hanya 2 persen, India sama Tiongkok 30 persen. Kandungan sulfur (pada batu bara) India sama Tiongkok itu 2 persen-3 persen. Kalau punya Adaro cuma 0,1 persen. Batubara kita beda sama negara lain," tandas dia. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya