KEIN Dorong Pemerataan Ekonomi Jadi Fokus Pembangunan Pemerintah

Ketimpangan dan stabilitas ekonomi yang bervariasi antar wilayah menjadi tantangan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Mar 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 17:30 WIB
KEIN arif Budimanta 2
KEIN arif Budimanta 2

Liputan6.com, Jakarta - Ketimpangan dan stabilitas ekonomi yang bervariasi antar wilayah di Indonesia, menjadi tantangan bagi stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional.‎

Oleh karena itu, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mendorong pemerintah pusat untuk melakukan pemerataan ekonomi jadi fokus pembangunan.

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta‎ mengatakan, keterlibatan pemerintah pusat dalam mendorong perekonomian regional sangat penting, untuk mewujudkan terjadinya pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dan berkualitas.

"Presiden telah menetapkan bahwa tahun 2017 merupakan tahun pemerataan," kata Arif, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin (13/3/2017).


Pertumbuhan ekonomi yang merata, harus menjadi fokus kerja sama pemerintah pusat dan daerah. Sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkualitas, dan tidak terkonsentrasi di satu wilayah, misalnya Pulau Jawa.

"Dengan begitu, perekonomian akan semakin kuat dan merata. Hasil pertumbuhannya dapat dinikmati oleh masyarakat dari seluruh Indonesia, sehingga mampu menekan ketimpangan," papar Arif

Arif memaparkan kajian KEIN tentang Regional Growth Strategy. Berdasarkan hasil kajian tersebut, beberapa wilayah seperti Kalimantan Timur serta Aceh, pertumbuhan ekonominya bergerak tidak stabil. Terutama karena bergantung pada sektor yang sangat rentan terhadap faktor eksternal.

Sementara Kalimantan Tengah (Kalteng), kendati pertumbuhan ekonominya selalu di atas rata-rata nasional, namun tetap berfluktuasi. Kondisi ini harus diwaspadai, karena fluktuasi yang terlalu tinggi memberikan sinyal kerentanan.

Apalagi, hasil kajian KEIN mengungkapkan perekonomian Kalteng saat ini bertopang pada sektor pertanian. Sementara sektor tersebut, perkembangannya sangat bergantung pada kondisi alam dan kondisi eksternal yang bisa mengakibatkan ketidakpastian.

Selain pertanian yang menyumbang 21 persen, kontributor kedua terbesar bagi perekonomian Kalteng adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu 16 persen.

"Kita masih ingat, pada tahun 2014 sektor tersebut mengalami kontraksi sehingga pertumbuhannya negatif, karena sangat bergantung terhadap kondisi eksternal," lanjut Arif.

Dari sisi pengeluaran, perekonomian Kalteng ditopang oleh investasi, khususnya perkebunan sawit dan konsumsi rumah tangga. Hingga saat ini, ekspor Kalteng belum bisa menopang perekonomian, karena wilayah tersebut memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap barang-barang yang berasal dari luar provinsi. Terutama barang-barang hasil industri, baik berupa bahan makanan maupun bukan makanan.

Di dalam Kalteng sendiri, sebenarnya banyak potensi yang dapat dikembangkan. Dari sumber daya alam yang melimpah hingga potensi wisata yang sangat besar.

Selain itu, Arif juga mengingatkan sejumlah proyek strategis nasional akan dibangun di Kalteng. Misalnya, pembangunan dua jalur rel kereta api, food estate, serta revitalisasi bandara.

Kendati demikian, sejumlah tantangan masih harus dihadapi oleh Kalteng agar perekonomian daerahnya dapat berkembang dengan baik. Di antaranya adalah kesiapan sumber daya manusia, komoditas andalan yang kurang terdiversifikasi seperti sumber daya alam yang diekspor dalam bentuk mentah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya