Menteri Jonan: Jaringan Gas Diutamakan bagi Perumahan Sederhana

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan rencana pembangunan jargas diprioritaskan pada perumahan sederhana.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Apr 2017, 16:04 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2017, 16:04 WIB
Menteri Jonan: Jaringan Gas Diutamakan Bagi Perumahan Sederhana
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan rencana pembangunan jargas diprioritaskan pada perumahan sederhana.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus mengupayakan untuk membangun 300.000 jaringan gas (jargas) kota di seluruh Indonesia pada tahun 2019. Akan tetapi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menggarisbawahi rencana pembangunan jargas tersebut diprioritaskan untuk perumahan sederhana.

"Sekarang kami mulai bangun lagi di 2019, 300.000 jaringan. Kami akan coba terus mungkin 2024 satu juta jaringan. Diutamakan untuk perumahan sederhana," ujarnya di Jakarta beberapa waktu lalu.

Jonan menjelaskan kelebihan atas penggunaan gas bumi. Selain biaya yang lebih murah, yakni hampir setengah dari harga Liquid Petroleum Gas (LPG) 3 kg, Pemerintah juga tidak perlu melalukan impor LPG.

"6,5 juta ton kebutuhan LPG setahun, itu impor kira-kira 4,5 juta ton," paparnya.

Pertimbangan atas melimpahnya gas bumi dengan kandungan berbeda-beda di setiap lapangan tidak bisa dimanfaatkan begitu saja untuk menutupi kebutuhan LPG di Indonesia. "Kalau tidak ada C3 atau C4 tidak bisa jadi LPG," jelas Jonan.

Sebelumnya, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) melalukan penandatanganan nota kesepahaman dengan kepala 9 Kota/Kabupaten tentang penyediaan dan pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga Tahun Anggaran 2017 sebesar 59.809 Sambungan Rumah Tangga (SR)

Sembilan daerah tersebut adalah yaitu Kota Pekanbaru (3270 SR), Kab. Musi Banyuasin (6.031 SR), Kab. PALI (5.375 SR), Kab. Muara Enim (4.785 SR), Kota Bandar Lampung (10.321 SR), Kab. Mojokerto (5.101 R), Kota Mojokerto (5.000 SR), Kota Samarinda (4.500 SR), Kota Bontang (8.000 SR), dan provinsi DKI Jakarta (7.426 SR).

"Pemilihan kota tersebut karena sudah ada (sumber) gasnya," ungkap Direktur Jenderal Migas, IGN Wiratmaja.

 

Powered By:

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya