Kurang Cocok dengan Kilang Cilacap, RI Kurangi Impor Minyak Iran

Kandungan sulfur dalam minyak Iran terlalu tinggi, hanya mampu diolah 10 persen di kilang Cilacap.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Mei 2017, 19:31 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2017, 19:31 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) tetap akan mengimpor minyak mentah dari Iran maksimal 600 ribu barel setiap dua bulan. Jumlah ini lebih rendah dari rencana sebelumnya 1 juta barel lantaran minyak mentah Iran kurang mampu memenuhi spesifikasi Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengungkapkan, Pertamina sudah melakukan ujicoba minyak mentah Iran di kilang Cilacap. Hasilnya hanya dapat diproduksi 10 persen dari total kapasitas di Kilang Cilacap.

"Minyak Iran sudah diujicoba di Kilang Cilacap, hasilnya minyak itu cuma bisa dipakai 10 persen dari total yang bisa diproduksi di Kilang Cilacap, karena sulfurnya tinggi sekali sebesar 1,5 persen," jelasnya saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Senin (8/5/2017).

Toharso menerangkan, karena kandungan sulfur dalam minyak Iran terlalu tinggi, hanya mampu diolah 10 persen di Kilang Cilacap. Itupun harus dicampur dengan minyak mentah dari Arab dan minyak lainnya yang kadar sulfurnya rendah. Jika dipaksakan tanpa campuran, maka dapat menyebabkan karat pada kilang.

"Kita cuma bisa produksi 10 persen supaya kilang tidak rontok, tidak karatan karena gasnya terlalu banyak. Rugikan kalau banyak Premium dan Solar yang hilang. Jadi kalau misalnya produksi di Kilang Cilacap 300 ribu barel per hari, maka 10 persen berarti 30 ribu saja dari minyak Iran," paparnya.   

Menurut Toharso, desain kilang-kilang minyak di Indonesia untuk tipe sweet crude, bukan sour crude (dengan kadar asam atau sulfur tinggi). Dengan begitu, untuk minyak mentah dengan sulfur tinggi, tidak cocok diproduksi di kilang Indonesia.

"Kalau 100 persen gunakan minyak Iran, bisa meletek, rontok, karatan. Jadi memang harus dicampur dulu dengan minyak yang sulfur rendah, dan itupun hanya bisa 100 persen. Memang begini desain kilang kita, yang sulfur tinggi tidak mungkin," tegasnya.

Meski demikian, Toharso mengaku, Pertamina tidak membatalkan kontrak impor minyak mentah dengan Iran. Akan tetapi, jumlah impornya dikurangi sesuai dengan kemampuan diproduksinya. "Bukan tidak jadi (impor). Jadi tapi sedikit, paling banyak 600 ribu per dua bulan. Jadi tidak dibatalin, beli maksimum 10 persen," tukasnya.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya