Banjir Dana Asing Belum Mampu Angkat Rupiah

Bank Indonesia mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai US$ 9 miliar hingga akhir Mei 2017.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Jun 2017, 13:15 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 13:15 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai US$ 9 miliar hingga akhir Mei 2017. Namun demikian, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak bergerak signifikan lantaran ada permintaan dolar AS untuk pembayaran impor dan dividen ke luar negeri.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengaku aliran dana asing yang masuk ke Indonesia cukup besar di kuartal II-2017, terutama pada portofolio surat berharga negara. BI memperkirakan dana asing dari investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) akan banjir ke Indonesia di semester II-2017 hingga 2018.

"Sekarang ini, kurs mencerminkan kondisi pasar. Secara umum mencerminkan harga dari fundamental kita," tegas Agus usai Pertemuan dengan DK OJK Periode 2017-2022 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (19/6/2017).

Untuk diketahui, berdasarkan kurs tengah BI (Jisdor), nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 13.286 per dolar AS dibanding akhir pekan lalu yang sebesar Rp 13.298 per dolar AS.

Agus menuturkan, penguatan nilai mata uang Garuda yang tidak terlampau signifikan karena tingginya permintaan dolar AS untuk kegiatan impor, sehingga memberi tekanan ke nilai tukar rupiah. Selain itu, kewajiban perusahaan membayar dividen atau bunga utang ke luar negeri di setiap kuartal II.

"Tekanan rupiah cukup besar, karena di kuartal II setiap tahun ada permintaan untuk impor menjelang Hari Raya. Lazimnya lagi kewajiban yang perlu dibayar ke luar negeri cukup besar, seperti bayar dividen atau kewajiban bunga utang ke luar negeri," Agus menerangkan.

Atas tingginya permintaan dolar AS, Agus memperkirakan, defisit transaksi berjalan akan mencapai 2 persen di kuartal II-2017 atau naik dibanding realisasi sekitar 1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal I-2017.

"Tapi sepanjang 2017, kami perkirakan defisit transaksi berjalan 1,8 persen dari PDB. Masih menunjukkan defisit transaksi berjalan yang terjaga dengan baik," ujar Mantan Menteri Keuangan itu.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya