Ekonomi RI Stabil, BI Masih Khawatir Risiko Ini

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II-2017 diprediksi tetap surplus ditopang surplus transaksi modal dan finansial.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Jun 2017, 21:10 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2017, 21:10 WIB
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II-2017 diprediksi tetap surplus ditopang surplus transaksi modal dan finansial.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II-2017 diprediksi tetap surplus ditopang surplus transaksi modal dan finansial.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan, fundamental ekonomi Indonesia dalam kondisi baik, termasuk pasar keuangan tetap kondusif meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (AS) telah menaikkan suku bunga acuan sekitar 0,25 persen. Alasannya, karena kenaikan fed fund rate sudah diantisipasi pasar keuangan Indonesia.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kurtal II-2017 diperkirakan membaik seiring pertumbuhan ekspor, investasi, dan tetap kuatnya konsumsi rumah tangga didorong penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR).

"Perkiraannya di kuartal II, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari realisasi 5,01 persen di kuartal I. Dan 2017, diproyeksikan tumbuh berkisar 5 persen-5,4 persen," kata Tirta di kantornya, Jakarta, Kamis (15/6/2017).

Indikator lainnya, sambung Tirta, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II-2017 diprediksi tetap surplus ditopang surplus transaksi modal dan finansial. Defisit transaksi berjalan pun diperkirakan tetap terjaga di level yang sehat.

"Ini karena ada aliran modal asing yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 9 miliar pada akhir Mei 2017, sehingga membuat kurs rupiah stabil dan menguat 0,05 persen ke level Rp 13.323 per dolar AS secara bulanan," terangnya.

Inflasi pun tetap terkendali dalam kisaran sasaran inflasi 2017, yakni 4 plus minus 1 persen, meski terjadi peningkatan di Mei ini. Inflasi di bulan kelima ini sebesar 0,39 persen atau 4,33 persen (yoy).

Menurutnya, stabilitas sistem keuangan pun tetap kuat didukung ketahanan industri perbankan dan pasar keuangan yang terjaga. April ini, rasio kecukupan modal perbankan tercatat 22,6 persen, rasio likuiditas 21,6 persen. Rasio kredit bermasalah mencapai 3,1 persen (gross) atau 1,4 persen (nett).

Pertumbuhan kredit di April 9,5 persen (yoy) lebih tinggi dari bulan sebelumnya 9,2 persen. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga pada April ini tercatat 9,9 persen sedikit menurun dibanding dengan bulan sebelumnya 10 persen (yoy).

Oleh karenanya, BI tetap mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,75 persen dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 4 persen dan Lending Facility tetap 5,50 persen. Berlaku efektif sejak 16 Juni 2017.

"BI tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumbe dari global maupun domestik," ujar Tirta.

Dari sisi global, katanya, yang diwaspadai risiko kenaikan lebih lanjut tingkat bunga AS dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, hasil pemilu di Inggris, serta potensi menurunnya harga komoditas khususnya minyak dunia.

"Sedangkan risiko domestik, dampak penyesuaian barang-barang diatur pemerintah terhadap inflasi, dan masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan," Tirta menuturkan.

BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. BI juga akan mempererat koordinasi bersama pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya