Menhub: Tarif LRT Rp 12 Ribu Ada Subsidi, tapi Wajar

Saat beroperasi, LRT diperkirakan akan menampung 116 ribu penumpang per hari. Jumlahnya akan meningkat 5 persen setiap tahun.

oleh Nurmayanti diperbarui 31 Jul 2017, 15:21 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2017, 15:21 WIB
20170602-Pembangunan LRT Cawang-Cibubur-Fanani
Pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) di sisi jalan Tol Jagorawi, kawasan Cibubur, Jakarta, Jumat (2/6). Pembangunan LRT Jabodebek koridor Cawang-Cibubur sudah mencapai 25 persen dan ditarget rampung pada 2019. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memanggil para pemangku kepentingan terkait proyek light rail transit (LRT) Jabodebek. Para pemangku kepentingan yang hadir antara lain dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), PT KAI (Persero), hingga konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC).

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, ada sejumlah pembicaraan dalam rapat tersebut. Di antaranya terkait harga tiket LRT sebesar Rp 12 ribu.

"Dari angka itu terlihat memang ada suatu asumsi yang cukup realistis. Tarif Rp 12 ribu ada semacam subsidi, tapi wajar. Tapi subsidi itu akan turun apabila jumlah penumpang naik," kata dia usai rapat di Jakarta, Senin (31/7/2017).

Dalam pertemuan itu, Budi Karya mengatakan berdiskusi juga terkait upaya mendorong keterlibatan swasta dalam LRT. Khususnya, dalam pengembangan transit orientied development (TOD).

"Ada harapan dalam diskusi, kita juga memikirkan agar swasta dilibatkan lebih banyak," ujar dia.

Lebih lanjut Budi Karya mengatakan, subsidi yang diberikan pemerintah bagi proyek LRT diproyeksi turun. Hal itu sejalan dengan meningkatnya jumlah penumpang LRT.

Saat beroperasi, LRT diperkirakan akan menampung 116 ribu penumpang per hari. Jumlahnya akan meningkat 5 persen tiap tahunnya.

"Hitungannya berupa grafik tadi. Subsidinya kira-kira Rp 16 triliun dalam 12 tahun. Tapi kelihatannya itu akan turun, karena pertumbuhan itu tarifnya cuma 5 persen. Saya sudah sampaikan, pertumbuhan itu bisa digoyang menjadi 6 sampai 7 persen. Begitu pertumbuhan 7 persen, maka subsidi akan turun," ungkap dia.

Tonton video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya