Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik dua persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) didukung oleh penurunan ekspor Arab Saudi pada November dan komentar Organisasi Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa perusahaan kelas kakap bahwa pasar sedang mencari keseimbangan baru setelah bertahun-tahun kelebihan pasokan.
Mengutip Reuters, Rabu (11/10/2017), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik 82 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 56,61 per barel sementara minyak mentah AS naik US$ 1,34 atau 2,7 persen dan menetap di US$ 50,92 per barel.
Arab Saudi telah memotong alokasi ekspor pada November sebesar 460 ribu barel per hari sejalan dengan komitmen negara tersebut dengan pakta penguranganpasokan yang diinisiasi oleh OPEC.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, OPEC sedang berusaha mengadakan pertemuan kedua dengan perusahaan minyak independen AS untuk ikut ambil bagian dalam pengurangan produksi sehingga bisa mendorong kenaikan harga minyak.
Analis energi FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, dari sisi teknis harga minyak mentah AS sedang melaju ke arah US$ 52,40 per barel setelah sempat terus berada di bawah tekanan.
"Dalam skenario alternatif memang akan ada pelemahan berkelanjutan sehingga harga minyak AS bisa berada di bawah US$ 47,80 per barel," jelasnya. Namun skenario tersebut juga produksi minyak OPEC dan beberapa negara lain tak dipotong.
OPEC, Rusia dan beberapa negara lain masih sepakat untuk memangka sproduksi sekitar 1,8 juta barel per hari sampai Maret mendapat untuk menyeimbangkan harga minyak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: