Alasan PLN Gunakan Diesel untuk Terangi Wilayah Terluar

PLN mendatangkan genset kapasitas 1.000 kilo Watt (kW) ke Letung, Pulau Jemaja, Anambas Kepulauan Riau.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Okt 2017, 14:48 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2017, 14:48 WIB
Butuh perjuangan bagi petugas PLN untuk melistriki  Pongok dan Celagen. (Dok PLN)
Butuh perjuangan bagi petugas PLN untuk melistriki Pongok dan Celagen. (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) memilih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk menerangi wilayah terluar. Hal tersebut dilakukan karena bisa melistriki wilayah terluar dengan cepat.

Direktur Pengadaan Strategis II PLN Supangkat Iwan Santoso mengungkapkan, dalam melistriki wilayah terluar, PLN menghadapi kendala seperti akses jalan yang belum memadai. Oleh karena itu, PLTD dipilih oleh perseroan untuk melistrik wilayah terluar karena komponennya lebih mudah diangkut.

Dengan proses pengangkutan yang cepat itu maka PLN bisa semakin cepat mengalirkan listrik lebih cepat ."Memudahkan karena memang pulau terpencarjadi masih belum bisa pembangkit lain, karena kita ingin cepat," kata Iwan, di Jakarta, Jumat (13/‎10/2017).‎

Selain pembangunannya jauh lebih mudah, Menurut Iwan, dengan menggunakan PLTD lebih memudahkan mengangkut bahan bakar karena tidak membutuhkan infrastruktur khusus. "Karena kalau pakai gas mengangkut gasnya lebih mahal," ungkapnya.

Menurut Iwan, selain menggunakan PLTD, PLN akan melakukan kombinasi pembangkitan dengan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai dengan pontensi yang ada di wilayah tersebut.

"Jadi kalau ada EBT digabung Solar, digabung angin atau apa, recananya ke sana, tapi kasihan masyarakat menunggu terlalu lama, jadi diesel dimasukan dulu," papar Iwan.

PLN sedang berupaya melistriki wilayah terluar, diantaranya Pulau Jemaja, Anambas Kepulauan Riau.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Anambas

Sebelumnya, PLN mendatangkan genset kapasitas 1.000 kilo Watt (kW) ke Letung, Pulau Jemaja, Anambas Kepulauan Riau. Hal ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik yang mengalami peningkatan.

Manajer SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Dwi Suryo Abdullah mengatakan, kekuatan mesin diesel berkapasitas 1.000 kW akan memperkuat pasokan listrik di wilayah tersebut, karena sebelumnya pasokan listrik hanya berkapasitas 800 kW untuk melayani 2.300 pelanggan.

"Dua unit pembangkit bermesin diesel ini telah terpasang di atas pondasi komplek PLN PLTD Letung, tentunya ini merupakan bukti nyata perhatian PLN dalam mencukupi kebutuhan listrik bagi warga yang bermukim di pulau terluar Indonesia," kata Dwi.

Dengan daya 800 kW, PLN kesulitan untuk menambah pelanggan. Namun, setelah ada tambahan pasokan listrik 1.000 kW, PLN dapat memenuhi kebutuhan warga di kecamatan Jemaja dan Jemaja Timur, termasuk Bandara Letung yang sudah mulai beroperasi.

Tambahan pasokan listrik dari pembangkit berenergi Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut, juga membuat enam desa di wilayah ini akhirnya menikmati listrik. Sehingga dapat mendorong tumbuhnya industri pariwisata dan perikanan.

"Kami optimistis dengan kapasitas listrik 1.800 kW di pulau Jemaja akan mendorong tumbuhnya industri pariwisata, sektor perikanan dan sebagai upaya untuk menyediakan energi listrik ke enam desa yang saat ini belum menikmati listrik," ujar Dwi.

Tambahan pasokan listrik ini membuat sistem kelistrikan di Letung memiliki cadangan 900 kW. Cadangan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di empat desa, antara lain desa Impul, desa Sunggak, desa Air Biru, desa Keramut, untuk desa Rewak dan desa Genting Pulur.

Empat desa tersebut merupakan pulau terpisah, sehingga tidak bisa dipasok dari sistem listrik Letung. Karena itu, PLN harus membangun jaringan terlebih dahulu, targetnya Oktober 2017 pembangunan selesai dan empat desa tersebut bisa menikmati listrik.

"Mesinnya sudah terpasang, saat ini PLN sedang menyelesaikan pemasangan cubicledan panel kontrolnya selanjutnya untuk bisa dioperasikan perlu melewati tahapan pengetesan. Kalau tahapan pekerjaan tidak ada kendala, maka pada awal Oktober 2017 dapat dioperasikan," tutup Dwi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya