Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong perluasan pasar ekspor tiga produk unggulan Indonesia ke Uni Eropa. Tiga produk tersebut antara lain pakaian, tekstil, dan sepatu.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, langkah ini seiring upaya Indonesia yang tengah melakukan negosiasi dengan Uni Eropa terkait perdagangan dan investasi kedua belah pihak.
Baca Juga
“Kami melihat potensi dari kedua pihak. Kami juga percaya, kerja sama Eropa dan Indonesia akan terus membaik,” ujar dia di Jakarta, Rabu (29/11/2017).
Advertisement
Negosiasi melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) ini dilakukan, salah satunya untuk mengantisipasi resolusi parlemen Uni Eropa yang dapat mengganggu proses kerja sama kedua belah pihak.
Contohnya mengenai kampanye negatif yang digunakan untuk menekan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
Sambil menunggu penyesuaian standar, kedua belah pihak mesti merundingkan perjanjian dagang agar kesepakatan akhir tercapai.
Salah satu caranya adalah pembahasan komoditas yang sensitif seperti kelapa sawit dibicarakan paling akhir.
“Untuk itu, kami mendorong yang prioritas terlebih dahulu, yaitu clothing, footwear, dan tekstil. Mereka juga dorong isu lain,” jelas Airlangga.
Menurut dia, saat ini ketiga produk tersebut masih dikenakan bea masuk sebesar 12 persen. Sedangkan minyak kelapa sawit nol persen, kecuali beberapa produk turunannya yang terkena bea masuk sekitar 10 persen.
Airlangga berharap, dengan adanya pembebasan bea masuk, menjadi peluang besar bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. “Karena kita punya daya saing tinggi, sehingga mereka pasang barikade,” kata dia.
Misalnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional telah mampu menunjukkan daya saingnya di tingkat global. Pasalnya, sektor andalan ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.
“Bahkan, khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati Tiongkok. Di Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ungkap dia.
Perundingan
Sebelumya, Airlangga telah meminta perundingan dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (IEU CEPA) dapat lebih seimbang untuk kedua belah pihak. Negosiasi ini telah memasuki putaran ketiga yang dilaksanakan di Brussel pada September 2017.
“Kami berharap peraturan-peraturan tersebut dapat menghasilkan keuntungan ekonomis yang terukur, seperti akses pasar yang lebih luas sebagai insentif bagi pihak yang dapat memenuhi kriteria sustainability,” tuturnya.
Airlangga mengatakan, diperlukan peraturan yang lebih seimbang pada tiga elemen utama di Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa, yaitu akses pasar, fasilitasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi dan peningkatan kapasitas.
“Kami percaya bahwa Indonesia dan Uni Eropa merupakan mitra strategis dalam upaya pembangunan ekonomi,” tandas dia.
Di bidang investasi nonmigas, Uni Eropa menjadi penanam modal terbesar ke-4 di Indonesia setelah Singapura, Jepang, dan Tiongkok pada 2016, dengan nilai investasi mencapai US$ 2,6 miliar atau naik dibanding tahun sebelumnya sebesar US$ 2,26 miliar.
Investor dari negara-negara Uni Eropa di Indonesia didominasi, antara lain Belanda, Inggris, dan Perancis dengan tujuan utama investasi ke provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Nusa Tenggara Barat.
Advertisement